• Kenangan Pahit di Putih Abu - Abu

    Cerpen Kenangan Pahit
    Ujian nasional telah berlalu seminggu yang lalu. Sementara itu Alifia terus menerus memandang bingkai foto yang di pegangnya sedari tadi. Di foto itu, tampak ia sedang tersenyum manis dan di sebelahnya ada .. Reza. Pacarnya saat ini, Reza satu sekolah dengan Alifia. Mereka sudah lama berpacaran. Sejak mereka kelas 10 dulu tepatnya.

    Rasa takut terus menghampiri Alifia. Ia takut ketika lulus nanti Reza memutuskan hubungan dengannya, atau kemungkinan lain yang mungkin bisa saja terjadi. Ia begitu menyayangi sosok Reza. Bahkan karnanya, Reza yang tadinya bernotaben anak nakal sekarang berubah menjadi anak yang lebih sopan dan lebih baik dari sebelumnya. Mereka berdua telah berjanji bila lulus nanti akan satu perguruan tinggi.

    Ringtone lagu Rihanna berjudul we found love berbunyi keras saat Alifia sedang asyik-asyiknya memandangi fotonya dan Reza. Di layar handphone tertulis REZA LOVE calling. Seketika itu wajah Alifia berubah menjadi wajah kebahagiaan.


    "Halo?", sapa suara di seberang sana.

    "Iya beb, ada apa?"

    "Lagi apa kamu beb?"

    "Lagi nyantai aja, kamunya?"

    "Iya sama nih, ntar malem nonton yuk"

    "Ayukk"

    "Ntar aku jemput ya beb jam 7, dandan yang cantik. OK? Loveyou babe"

    KLIK! telfon dimatikan.

    Alifia tersenyum senang lalu berdiri, mengambil handuk dan berjalan ke kamar mandi.

    30 menit kemudian ...

    TAADAAAH!! Alifia tampak cantik mengenakan kaos pink di padukan dengan celana jeans 3/4 dan dibubuhi dengan sedikit lipgloss di bibirnya serta tatanan rambut dikucir buntut kuda. Perfecto!

    "Mamaaa gimana cocok gak?", Tanya Alifia

    "Cocok kok sayang, gaya nya anak muda dan sederhana banget. mama suka", Mama melihat anaknya kagum.

    TIN!! TIN!!

    Suara klakson motor Reza.

    "Mama, aku berangkat dulu yaa", kata Alifia sambil mencium pipi Mamanya. Lalu segera beranjak dan pergi bersama Reza.

    Di perjalanan ...

    "Za, kita mau nonton film apa sih?", tanya Alifia penasaran

    "Kita ga nonton film ko sayang, kita nonton pemandangan", jawab Reza datar.

    "Hah?"

    "Udah deh ntar kamu juga tau tempatnya"

    Setelah sampai ..

    "Liat deh Vi, bagus kan pemandangan dari sini?" kata Reza sambil menggenggam lembut tangan Alifia.

    "Iya Reza, terus kamu ngapain bawa aku ke sini?" tanya Alifia penasaran.

    "Aku mau ngomong sesuatu .."

    "Apa?"

    "Lulus SMA ini aku akan pindah ke Ausi Vi, karna Papa akan pindah kerja disana.."

    Hening.

    "Vi.."

    "Hem.."

    "Kok diem?"

    "Kamu mau ninggalin aku disini sendiri Za? kamu tega? hah! aku salah apa sih sama kamu! tega yaa kamu!" Alifia melepaskan genggaman Reza. Air matanya pecah menghujani pipinya. Perasaannya tak menentu kali ini.

    "Bukan gitu Vi, aku sayang sama kamu. SELALU SAYANG KAMU! percaya sama aku please. Aku akan balik ke Indonesia setelah 5 tahun disana. Tunggu aku ya " Reza memeluk Alifia.

    "Reza.."

    "Iya sayang"

    "I love you"

    Alifia merangkul leher Reza lalu mencium bibirnya lembut.

    "Aku akan nunggu kamu Za. Entah itu 5 tahun 100 tahun bahkan 1000 tahun kamu akan aku tunggu"

    Reza tersenyum manis sekali, namun tidak semanis hati Alifia saat ini.

    "Pulang yuk, udah malem"

    "Yuk"

    Di tengah perjalanan..

    Alifia terus memeluk Reza. Ia tidak mau melepaskannya. Membuat konsentrasi Reza terganggu.

    TIIIINNNNNNNN!!!! BRAAAKKKKK!!

    Sebuah bus dari arah samping menabrak Alifia dan Reza. Mereka koma. Selama beberapa minggu lamanya.

    Sayang, nyawa Reza tidak tertolong. Ia mendahului Alifia yang sedang terbaring koma.

    Seminggu Kemudian ...

    "Mmmhh" erangan kecil terdengar di telinga Mama Alifia.

    "Alifia? Kamu udah sadar sayang? Dokterrr!!!" Panggil Mama.

    Dokter segera memeriksa keadaan Alifia.

    "Bu, pasien sudah sadar saat ini, sejauh ini kami menemukan kemajuan pada pasien." kata dokter.

    "Saya boleh masuk dok?" Tanya Mama.

    "Silahkan"

    Mama masuk ruang rawat Alifia.

    "Sayang, kamu udah sadar?"

    "Reza mana ma? aku kangen dia. Aku mimpi Reza ninggalin aku. Itu ga bener kan?"

    Mama hanya menunduk sedih.

    "Ma! jawab Reza manaa!! maaa!! jangan bilang kalo.."

    "Reza udah ga ada Vi, dia meninggal"

    "Gakkk!! gak mungkin!! Reza bilang dia ga bakal ninggalin aku!! Reza pasti bohong!! ga mungkinnnnn!!!!!!" Teriak Alifia. Cairan hangat ber air mengalir lembut di pipinya.
    *****


    Takkan pernah habis air mataku
    Bila ku ingat tentang dirimu
    Mungkin hanya kau yang tahu
    Mengapa sampai saat ini ku masih sendiri
    Adakah disana kau rindu padaku
    Meski kita kini ada di dunia berbeda
    Bila masih mungkin waktu berputar
    Kan kutunggu dirimu
    Biarlah ku simpan sampai nanti aku kan ada di sana
    Tenanglah diriku dalam kedamaian
    Ingatlah cintaku kau tak terlihat lagi
    Namun cintamu abadi

    0 komentar

  • SALAHKAH BILA AKU MENCINTAMU

    Malam itu Rio masih belum terlelap ia masih sibuk mempersipkan surat untuk Dinda besok.

    “apapun yang terjadi besok, aku akan terima,, aku ingin ungkapin ini semua, mungkin ini satu-satunya cara agar Dinda mengerti perasaan aku,” gumam Rio dalam hati.


    Cerpen Cinta
    Dentang jam menunjukkan pukul 24.00, mata Rio belum juga terpejam, ia masih memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Rio mencoba untuk tidur tapi kejadian esok menghantui dirinya hingga pukul 04.00 Rio belum tertidur.

    Pagi sudah datang, ayam jago milik tetangga Rio berkokok dengan lantang membangunkan Rio yang baru saja terpejam. Dengan rasa malas, Rio beranjak dari ranjangnya dan bersiap berangkat sekolah.
    Sesampai di sekolah, Rio berpapasan dengan Dinda dan genknya di lorong sekolah.
     
    “ha…hai Dinda??’’ sapa Rio gugup, Dinda hanya menjawab dengan seutas senyum manis di bibirnya dan berlalu bersama teman-temannya.

    “Dinda, apakah aku salah telah menyukai dirimu,, kau adalah gadis paling popular di sekolah ini, sementara aku….” Belum sempat menyelesaikan perkataannya dalam hati, tiba-tiba Sonia datang menepuk pundak Rio.

    “hayoo,, liatin sapa tuu sampe nggak kedip dari tadi,, pasti liatin Dinda yaa,” geretak Sonia meledek Rio. Rio hanya tersipu malu mendengar perkataan Sonia, wajahnya memerah dan tangannya berkeringat dingin.

    “sudahlah Rio, lupakan saja gadis itu, toh dia juga sudah punya pacar kan???” Sonia mencoba mengingatkan Rio.

    “pacar??” Rio terkejut, karena setahu Rio, Dinda masih jomlo setelah putus dengan Edwin.

    “kau tak tau, seminggu lalu tepatnya mereka jadian,, pasti kau tak membaca majalah hari ini kan, ini coba saja baca, Dinda berpacaran dengan Niko kakak kelas kita yang menjadi kapten club basket,” kata Sonia sembari menunjuk majalah yang di pegangnya.

    “makasih, aku juga telah memikirkan ini berulang-ulang kok’’ jawab rio kecewa, seraya beranjak meninggalkan Sonia. Rio pun berjalan menuju kelasnya, sesampainya di kelas, ia hanya terdiam melamun di bangkunya. Tiba-tiba suara seorang gadis membuyarkan lamunannya, gadis itu adalah Dinda.

    ‘”permisi semua, ‘’ semua wajah tertuju pada arah suara itu.

    “rionya ada kan??’’ lanjut Dinda. Seraya rio langsung berdiri dari bangkunya. (deg-deg-deg) degupan jantung rio menjadi lebih cepat, ia begitu gugup.

    “hai rio,, ini ada tugas dari p.hardi untuk kelas mu(Dinda memberikan selembar kertas berisi tugas kepada rio).. hei, kenapa wajahmu pucat sekali, apa kau sakit (Dinda memegang dahi rio)’’

    Rio sangat gugup, tubuhnya berkeringat, ia tak mampu berkata apa-apa, ia hanya bisa menatap mata Dinda.

    “ya sudahlah, kalo kamu nggak mau jawab, aku balik ke kelas dulu ya..??”

    “di… dinda ,??"

    “ya, ada apa??’’

    “apa nanti jam istirahat kau bisa menemuiku di taman belakang??” pinta rio pada dinda.

    “tentu,, aku bisa kok’’ jawab dinda enteng.

    (huuufft) rio mencoba menghela nafas, ia mencoba menenangkan hatinya.
    Bel istirahat pun berbunyi, rio bergegas keluar kelas menuju taman belakang, sesampai di sana, rio harus menunggu dinda hingga 15 menit lebih.

    “kenapa dinda belum datang, apa ia lupa??” gumam rio lirih, tak berapa lama dinda pun datang. Ia menghampiri rio yang sedari tadi duduk di bangku taman.

    “dinda??” rio serentak berdiri dari bangku itu.

    “iya, maaf ya aku terlambat tadi aku masih….” Belum menyelesaikan perkataannya, rio sudah memotong kata-kata dinda.

    “aku ingin memberikan ini” potong rio seraya memberikan sehelai surat untuk dinda.

    “apa isi surat ini rio,??” Tanya dinda,

    “baca saja” jawab rio menahan semua kegelisahannya. Namun, bukannya dibaca tapi dinda malah membuang surat itu.

    “untuk apa aku baca surat ini, sementara penulisnya ada di hadapanku, langsung saja kau katakan rio??” paksa dinda pada rio. Rio tak memikirkan hal ini sebelumnya, saat dinda berkata seperti itu, tubuh rio serasa tersentak. Dia yang awalnya tenang-tenang saja, kini menjadi sangat gugup. Bibirnya sulit tuk berucap, ia hanya tertunduk dan terdiam beberapa saat.
     
    “aku,, aku ingin bicara sesuatu pada mu din” rio mulai berkata dengan menahan semua rasa gugupnya.

    “katakan saja, aku akan mendengarkannya” jawab dinda seraya tersenyum manis.

    “dinda, sebenernya sejak pertama kita ketemu aku udah menyimpan perasaan ke kamu, tapi aku nggak berani ungkapinnya, aku tau aku nggak pantas untuk kamu, aku hanya anak biasa sedangkan kamu adalah gadis paling diidolakan di sekolah ini, aku juga udah pikirin ini mateng-mateng, aku nggak bisa terus memendam perasaanku din, aku sayang sama kamu, aku selalu mencoba jadi yang lebih baik agar kau selalu menatapku dan tersenyum padaku, hingga sekarang aku jadi seperti ini itu karena kamu” ungkap rio.

    “rio, kau juga pasti tau kan,, aku sekarang telah punya pacar, terimakasih kau sudah mau menyayangi aku, tapi sungguh aku minta maaf aku nggak bisa balas semua itu” jawab dinda dengan lembut seraya mengangkat dagu rio yang sejak tadi tertunduk.

    “aku minta maaf, aku sudah salah, aku memang tak pantas mencintai kamu” kata rio seraya meninggalkan dinda. Dinda merasa bersalah pada rio, dia mencoba memanggil rio tapi, rio tak menghiraukannya.

    Dinda pun berjalan perlahan ke kelasnya, tapi kerumunan siswi menghentikan langkahnya. Para siswi itu membicarakannya, mereka berbisik-bisik satu sama lain, tapi dinda hanya melirik sebentar dan melanjutkan langkahnya. Ketika ia melewati kelas XI- IPA dia melihat rio yang sedang tertunduk di bangkunya. Dinda ingin masuk tapi guru sudah datang, ia pun bergegas masuk kelasnya yang berjarak 2 kelas dari kelas rio.

    Bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini pun berbunyi, lautan putih abu pun bergegas keluar kelas namun mereka tak langsung pulang karena hari itu hujan deras, mereka pun harus menunggu hingga hujan reda meski beberapa anak nekat untuk pulang. Dinda dan rio keluar kelas masing-masing secara bersamaan. Dinda menghampiri teman-temannya di depan kelas. Tiba-tiba niko menghampiri dinda bersamaan dengan rio. Mereka berdua membukakan payung dan ingin mengantarkan dinda pulang. Tentu saja dinda lebih memilih diantar oleh niko kekasihnya. Dari kejauhan dinda masih melihat rio yang terlihat sangat sedih.

    “rio, maafin aku ya,, aku nggak bermaksud nyakitin kamu, semoga kamu bisa ngerti” kata dinda dlam hati kecilnya. Niko membukakan pintu mobil untuk dinda, dan niko pun bergegas masuk mobil. Dari kaca mobil dinda melihat rio yang nekat hujan-hujan, rio membuang payungnya dan berjalan dengan penuh penyesalan. Dinda hanya bisa melihat rio dari mobil, tanpa terasa, dinda meneteskan air matanya untuk rio.

    Keesokan harinya rio sakit dan tak bisa bersekolah. Dinda tak mengetahui hal itu. Hingga 5 hari pun berlalu, rio masih terbaring lemah di tempat tidurnya. Dinda yang baru mendengar hal tersebut merasa cemas, pulang sekolah ia pun langsung bergegas menuju rumah rio.

    Di sana dinda melihat rio dengan wajah pucat pasi dan terbaring sangat lemah.

    “semakin hari, keadaan rio semakin memburuk nak, rio tak mau makan bahkan minum obat saja tak mau, ibu bingung harus bagaimana membujuk rio.” Kata ibu rio.

    “tante, apakah siang ini rio sudah makan??” Tanya dinda.

    “belum nak, ibu sudah memaksanya tapi dia tak mau membuka mulutnya” jawab ibu rio.

    “biar saya yang membujuknya” serentak dinda mengatakan itu tanpa piker panjang.

    “rio, kenapa kau menyiksa dirimu seperti ini,??” Tanya dinda seraya memegang tangan rio lembut.

    “untuk apa kau kemari din, aku tak pantas untuk kau jenguk, aku sudah tak ada gunanya din, sudahlah cepatlah pulang,” pinta rio serentak melepaskan tangan dinda. Tak berapa lama ibu rio datang membawakan sepiring nasi untuk rio. Dinda langsung berdiri dan mengambil piring itu. Dinda mencoba membujuk rio untuk makan namun rio malah membanting piring berisi nasi itu.

    “riio, kau kenapa, kenapa kau seperti ini padaku??’’ Tanya dinda dengan mata berkaca-kaca.

    “aku nggak ingin melihat kamu lagi, pergilah dari rumah ini, dan jangan menginjakkan kakimu di sini lagi.’’ Rio membentak dinda.

    “jadi kau mengusirku, apa seperti ini rio yang aku kenal, kenapa kau berubah begitu cepat, kalau kau membenciku, bukan seperti ini caranya. Bukan dengan menyakiti dirimu sendiri, kau yang selalu menyemangatiku kenapa sekarang kau kehilangan semangat, kau bukanlah rio yang dulu.” Kata dinda seraya melangkahkan kaki meninggalkan rio yang masih terdiam.

    Rio hanya terdiam di atas tempat tidurnya. Keesokan harinya rio memaksakan diri untuk bersekolah, dengan tubuh tertatih-tatih rio berjalan menuju lorong sekolah. Sesampai di kelas, rio di sambut hangat oleh teman-temannya.

    “hei rio, kau masih hidup ternyata hahaha,,,!!!” ledek andy teman sebangku rio. Rio hanya tersenyum tipis mendengar ledekan teman-temannya.

    “tentu saja rio masih hidup, ia kan masih ingin bertemu wanita pujaannya, makanya hari ini dia bersekolah” sahut ricky,

    “hoho,, siapa gadis itu,, setauku rio tak pernah dekat dengan gadis lain selain Sonia” andy terheran.

    “rio, apakah kau tak mau menjawabnya sendiri??” seru ricky meledek temannya itu.

    “sudahlah, aku tak mau membahasnya, aku ingin sendiri” rio seraya pergi meninggalkan teman-temannya itu. Rio beranjak pergi dari kelasnya, tanpa sengaja rio menabrak seorang gadis, buku gadis itu berhamburan di lantai teras.

    “maaf. Maafin aku, aku nggak sengaja” rio meminta maaf kepada gadis itu sambil membantunya merapikan buku-bukunya. Ternyata gadis itu adalah dinda, rio langsung menundukkan kepalanya, dan bergegas meninggalkan dinda.
     
    “rio tunggu” panggil dinda.

    “ada a..apa.. di..dinda??” Tanya rio terpatah-patah.

    “untukmu” dinda memberikan secarik kertas untuk rio. Rio segera menerima kertas itu dan pergi begitu saja.

    Di taman rio membaca surat itu.

            Dear rio,
    Aku minta maaf, mungkin aku sudah menyakiti hati kamu. Tapi sungguh aku tak bermaksud mempermainkan perasaan kamu. Ketahuilah, sekarang aku telah berpisah sama niko. Dan orang tuaku akan membawaku pergi ke amerika untuk melanjutkan study ku bersama kakak ku. Kamu nggak pernah bersalah kok rio, semua perasaanmu ke aku itu tidak bersalah. Tapi akulah yang bersalah karena tak dapat membalas rasa sayangmu padaku. Mungkin hari ini adalah terakhir kita bertemu. Sebenernya aku tak ingin pergi, tapi tempat ini memberiku banyak kenangan buruk.
    Rio jika nanti kau menyukai seoarang gadis lagi, jangan pernah bertindak konyol seperti ini. Aku nggak akan lupain kamu, karena kamu adalah sosok cowok yang bisa membuatku tersenyum.
           
           Dinda,

    Setelah membaca surat tersebut, rio langsung beranjak dan berlari menuju kelas dinda. Sesampai di kelas dinda, rio memeluk dinda erat sekali.

    “dinda, jangan tinggalin aku, aku mohon” pinta rio dengan tulus.

    “rio apa-apaan sih kamu, malu tauk” jawab dinda seraya melepas pelukan rio. Tapi rio masih tetap saja memohon pada dinda, ia berlutut di depan dinda. Rio meneteskan air matanya, dinda pun ikut menangis.

    “rio, jangan kau seperti ini, aku tak bisa menuruti kamu. Aku nggak bisa terus di sini, aku harus pergi hari ini juga. Jangan memberatkan aku rio, please” kata dinda seraya membantu rio berdiri.

    ‘’dinda, aku nggak tau tapi aku nggak bisa maksa kamu buat sayang sama aku, pergilah dinda, mungkin aku nggak pantas bersanding denganmu. Dan sekali lagi, jangan salahkan dirimu sendiri, karena aku yang salah karena telah mencintamu” rio mencoba melapangkan hatinya menerima kepergian gadis yang selama ini dicintainya. Dinda hanya menatap rio dengan seutas senyum manis seperti biasanya.

    Tak lama kemudian ayah dinda datang untuk menjemput dinda. Dinda pun segera bergegas untuk berangkat ke amerika. Dinda juga berpamitan kepada rio, dinda mencium dahi rio sebagai tanda perpisahan.

    “aku akan kembali” bisik dinda lembut. Rio hanya diam terpaku, ia tak mampu menahan semua perasaannya. Akhirnya dinda pun beranjak dan pergi meninggalkan rio. Tiada sepatah kata dari rio untuk dinda. Rio mencoba sabar menghadapinya.

    1 tahun kemudian, rio menjadi anak yang prestasinya menonjol, akhirnya rio mengikuti pertukaran pelajar di amerika selama setengah tahun. Tanpa disadari di sebuah toko buku, rio bertemu dengan dinda saat ia ingin mengambil sebuah buku, tangan mereka secara bersamaan meraih buku itu.

    “dinda??... kau dinda kan??” rio terheran.

    “rio,?? Kok kamu bisa di sini??” dinda lun juga terheran.

    “iya aku ikut pertukaran pelajar selama setengah tahun,, hey bagaimana kabarmu, kau sehatkan” Tanya rio.

    “ya seperti yang kau lihat ini”
     
    “dinda, soal perasaanku dulu, aku sudah mulai bisa menepiskannya. Aku sadar cinta emang nggak harus memiliki, benarkan din..??”

    “yaa, bener banget,, tumben kamu nyadar” ledek dinda. Mereka pun tertawa bersamaan.

    Akhirnya mereka pun bersahabat, menjadi sahabat yang sangat akrab. Rio telah mengubur dalam-dalam perasaannya karena ia tahu kalo sampai kapanpun dinda nggak akan bisa sayang padanya, seperti ia menyayangi dinda. Satu hal yang menjadi pelajaran untuk rio, bahwa cinta itu tak bisa dipaksakan, dan tak harus memiliki.
    SELESAI

    0 komentar

  • WAITING FOR YOU



    Cerpen Cinta Sedih
    Udah ke 2 hari ucil engga sms aku, udah 2 hari juga aku mengkhawatirkan keberadaannya, ya tuhan dia kemana, dia dimana sekarang, dimalam hari itu aku terus menunggu sms darinya, sudah berpuluh-puluh kali aku mengirim text messages tapi ga ada satupun pesan masuk di hape aku dari dia. Sial besok libur UN anak kelas 3 SMA, sedangkan aku duduk di kelas 2 dan ucil kelas 1. Gimana dong kalau besok libur, bakal 4 hari ga ketemu ucil  ucil kenapa? Ada yang aneh dari dia ya tuhan . Setiap malem ucil selalu say good night have a nice dream sayang, tapi udah 2 hari ini ga ada kata-kata kaya gitu lagi, aku takut kata-kata itu ga akan aku dengar lagi. Harus sampai kapan tiap malem aku nangis nungguin dia.

    tokkkk….tokkkk…..tokkk
    Suara ketukan pintu yang terdengar dari arah pintu kamarku.

    “masuk aja ga di kunci” kataku sambil berteriak.

    “dell, lagi apa lo? Nangis sendiri di kamer.” Sambil menghampiriku di ranjang tempat tidurku.

    “gapapa kok nay, aku Cuma nunggu sms dari ucil.” Kataku

    “emang lo jadian dell sama ucil?” Tanya nayla.

    “engga sih, tapi aku ngerasa beda aja sama dia.” Balasku

    “yaudahlah dell toh dia bukan siapa-siapa elo kan?’’

    “kata-kata kamu tuh ga bikin aku tenang nay, mending kamu tidur aja deh nay, biarin aja aku bakal nunggu dia sms aku.” Cetusku

    “iya dehh sorry dell, Gnight beib.”

    aku terus memandang kearah luar jendela, sambil memegang hapeku. Entah samapai kapan aku harus menunggunya membalas pesanku.

    *tertidurr

    * * *
    liburan selesai, tinggal berangkat sekolah, aku harus cari ucil sampai ketemu, dia ga boleh mainin aku gitu aja -.-

    sesampainya aku di sekolah, langkahku terhenti di parkiran motor sekolahku. motor ucil mana? Biasanya jam segini dia udah datang. Aku harus ke kelasnya, langkahku terasa berat untuk menghampirinya ke kelas. Perasaan aku tiba-tiba gaenak.

    aku berdiri di depan kelasnya, tiba-tiba aku terhenti di depan pintu. Kenapa aku? Seharusnya aku masuk ke kelasnya dan bertemu dengannya. Mending aku ke kelas aku aja deh ucil juga belum datang. Aku terus jalan menuju kelasku.

    pelajaran pagi hari ini akuntansi, semangat dong semangat ini kan pelajaran kesukaanku. Sudah 1 jam pelajaran di mulai tiba-tiba ada anak osis masuk ke kelasku dan member pengumuman. Dalam hati ku pasti minta sumbangan huh, aku terus melanjutkan tugas akuntansiku.

    “assalamualaikum wr.wb. maaf teman-temen mengganggu sebentar, innalilahi wainnailahi rojiun, telah berpulang ke rahmatullah adik kelas kita Muhammad Raditya Ucill dari kelas X2. Ayo kita bersama-sama membaca surah al-fatihah untuk mendoakannya.”

    Aku langsung terhenti mengerjakan tugas akuntansi itu, aku lansung berdiri dari tempat dudukku, aku langsung meneteskan air mata dan lari meninggalkan kelas dan pergi ke WC sekolah.

    “cil, kamu jahat, kamu jahat cil, kamu ninggalin aku sendiri, kamu belum denger kalau aku mau jadi pacar kamu, cil kamu jahat.” Teriakku di WC sekolah, perlahan-lahan aku duduk menyender tembok, berjam-jam aku ga keluar dari WC, aku belum bisa nerima kenyataan ini ya tuhan, sakit sekali rasanya.Setelah aku keluar dari WC aku langsung mengambil tasku, aku langsung kabur dari sekolah dan ikut teman sekelas ucil untuk melayat.

    Sesampainya di rumah ucil, aku berjalan pelan untuk menemui jenazah ucil, tidak berehenti air mataku mengalir. Aku duduk di sebelah jenazahnya.

    “ucil, kenapa kamu pergi secepat ini, kenapa kamu ninggalin aku cil, kamu inget ga waktu kita nonton, kamu pegang tangan aku, kamu cium kening aku cil, aku kangen kamu cil, cil kalau kamu sayang sama aku KAMU BANGUN SEKARANG JUGA CIL, BANGUN !!”

    “sabar sayang ibu juga belum bisa nerima kepergian ucil.” Suara itu terdengar dari belakangku, ya dia ibunya ucil.

    “ibu, ucil kenapa bisa kaya gini.” Tanyaku

    “dia jatuh dari motor, sehari sebelum UN, selama 3 hari ucil koma di rumah sakit.”

    “kenapa temen-temennya ga pada tau bu, dia selama ini baik-baik aja kok, dan pas kejadian dia ga pernah hubungin adell bu, adell khawatir banget bu sama dia tapi ini udah jadi kenyataan yang sangat menyakitkan.”

    “ka adell” suara cewek yang memanggilku dari belakang, aku menengok ke belakang dan menghapus air mataku.

    “de nessa, ada apa de?” tanyaku

    “ka, aku tau kronologi kejadian ucil ka.”

    “ucil kenapa de?”

                  “ucil, ngliat kaka pergi sama cowo, dia langsung pergi ka ke rumah papanya di bandung, kan dia anak broken home gitu ka, orang tuanya pisah, ucil bawa motornya dengan kecepatan 80km/jam, pas di perempatan ucil ngrem mendadak ka akhirnya dia jatoh dan kepalanya tebentur stang di motornya.” Penjelasan nessa.

                   Aku terdiam, tapi air mataku terus mengalir, ucil salah paham lalu emosinya tidak terkontrol, jadi selama ini aku nungguin acil ga ada hasilnya, dia terlanjur ninggalin aku. Aku langsung ke tempat jenazahnya, karena sebentar lagi jenazahnya akan segera di kuburkan.

    * * *
                   Prosesi pemakaman telah selesai, aku langsung pulang kerumah dan membaringkan tubuhku di atas ranjangku, aku mengambil hapeku, Cuma orang bodoh yang aku tungguin sms orang udah ga ada. Tapi rasa sayangku ke dia masih tetep ada. Ucil semoga kamu tenang ya disana ya aku sayang banget sama kamu. Semoga aku bisa nemuin orang seperti kamu, Gnight ucil 

    THE END

    0 komentar

  • ANTARA CINTA dan SAHABAT

    Hidup akan indah bila kita masih memiliki seseorang yang kita sayangi, seperti via, via masih memiliki orang tua yang sayang dengannya dan saudara laki-lakinya yang sangat menggemaskan yang masih kelas 4 SD. Serta tak luput mempunyai seorang sahabat yang baik yang selalu bersama ketika dia duka, lara pun senang. Via mempunyai sahabat dia bernama Mia dan Rahma. Kemana-mana kami selalu bersama seperti layaknya besi dan magnet yang sulit dipisahkan. Mereka pertama kenal ketika pertama MOS dan memulai sekolah di SMA, Ketika itu Rahma duduk sendirian dan tak sengaja Via menghampirinya dan berkenalan. Setelah mereka berbincang-bincang cukup lama datanglah seorang anak perempuan cantik putih bertahi lalat di bawah bibir yang tipis. Tahi lalatnya itu membuat wajahnya menjadi manis dan disegani oleh kaum Adam.


    Cerpen Antara Cinta dan Sahabat
    “Hai…. Rahma dah lama nunggunya yah???” kata perempuan itu

    “Ea… lama banget, kamu dari mana saja???? kata Rahma
     
    “Maaf yach aku berangkatnya siang, soalnya bangunnya kesiangan… hehehe” jawab Perempuan yang berbicara dengan Rahma sambil tersenyum.

    “Oa,untungnya ada Via yang menemani aku di sini, Mi kenalin ini Via teman sekelas kita juga lho. Oya vi kenalin ini teman satu bangku aku namanya Mia” kata Rahma sambil memperkenalkan temannya.

    “Kenalin aku Via, aku duduknya di samping tembok dekat pintu sama Ovie” kata Via memperkenalkan dirinya kepada Mia.

    “Aku Mia, low boleh tau lo tinggalnya dimana”?? Tanya Mia kepada Via.

    “Aku aslinya Banjarharjo, tapi di sini aku ngekost” jawab Via.

    “Kapan-kapan kita main ke kostnya Via, Gimana,?? Rahma lo juga ikut yach”?? Mia melontarkan pertanyaan kepada Rahma.

    “Itu ide yang bagus kita selalu kumpul-kumpul bareng di kosannya Via, Gimana kalau kita buat genk saja?” usul Rahma.

    “Aku setuju dengan pendapatmu. Nanti kita buat kaos yang sama, tapi dipikir-pikir nama genk nya apa yach”?? Mia menggaruk-garuk kepala yang tidak gatal karena begitu bingungnya.

    “Tapi maaf teman-teman bukannya gw menolak, tapi aku bener-bener gak setuju dengan pendapat kalian, aku ingin bersahabat dengan kalian. Tapi aku gak suka buat genk-genk seperti itu, takutnya kalau kita buat genk, banyak teman-teman yang benci dan iri.” jelas Via.

    “Yah Vi, tapi……….”

    Sebelum Mia melanjutkan pembicaraannya bel sekolah pun berbunyi tanda peserta MOS kumpul di halaman sekolah untuk diberikan arahan dan himbauan dari kepala sekolah.

    Sungguh ribet dan susah kembali menjadi peserta MOS harus menggunakan kostum planet yang sungguh menyebalkan itu seperti pake kaos kaki yang berbeda,tasnya menggunakan kantong kresek,rambutnya di ikat lebih dari 10 buah,sungguh membosankan dan menyebalkan ketika dimoment-moment MOS seperti ini.

    Setelah kumpul di lapangan Rahma dan Mia senyum-senyum sendiri, dan aku bingung kenapa mereka senyum-senyum tanpa sebab. Adakah sumbernya kenapa mereka senyum-senyum sendiri. Setelah aku perhatikan ternyata mereka tersenyum ketika melihat kakak Osis. Dan kemudian aku bertanya kepada Rahma,”Rah, kamu dan Mia senyum kenapa??” Tanya Via dengan penasaran.

    “Asal kamu tau aja ya Vi, aku dan Mia itu ngefans banget sama anak kelas X-2 itu, terus gw jatuh cinta sama cowok itu katanya sih namanya Dana”. jawab Rahma.

    “Yang mana?” Tanyaku lagi.

    “Itu yang paling cakep sendiri, Oa aku juga ngefens banget ama kakak OSIS jangan bilang sama Mia yach kalo aku ngasih tau ke kamu, aku itu ngefans banget sama Ka’ Zaenal sedangkan Mia ngefens sama ka’ Adit”. jelas Rahma.

    “okey, tenang saja Rahma gw pasti gw bisa jaga rahasia ini kok, dijamin gak bakal bocor dech…….” kataku.

    “Aku percaya kok sama kamu….. halah kaya ember saja bocor… . hehehehe”. Rahma sambil ketawa

    Ketika asyik berbicara ternyata banyak pengarahan yang diberikan oleh kepala sekolah, sungguh menyesal sekali ku ini tidak mendengarkannya. Padahal banyak manfaatnya bagi kita khususnya bagi pelajar. Setelah beberapa lama kemudian peserta MOS di bubarkan.

    Via sedang berfikir sepertinya enak sekali rasanya ketika menjadi anak SMA. Sama seperti yang Via rasakan saat ini Via ingin cepat-cepat menggunakan baju putih abu-abu dan agar cepat diresmikan menjadi murid SMA, rasanya lama sekali menunggunya waktu seperti itu. Apalagi, rumahnya sangat jauh dari sekolah sungguh enaknya jauh dari orang tua dan bebas untuk pergi-pergi kemanapun yang kita inginkan bersama teman-teman barunya. Tapi Via harus bisa mengendalikan diri dari pergaulan di zaman edan seperti ini, kalau kita mengikutinya maka kita akan masuk ke dalam jurang neraka yang isinya orang-orang berdosa.

    Kicauan burung menari-nari di angkasa, Sungguh indah bila ketika memandangnya. Embun pagi menyejukan hati Semerbak wangi mawar membuat segar perasaan kita. Indahya alam ciptaan tuhan yang maha esa, Tak ada yang bisa menandinginya,Karena tuhan adalah sang kholik pencipta alam semesta.

    Ricuhan murid-murid SMA bagaikan burung-burung yang sedang menyanyi-nyanyi. Murid-murid mulai berdatangan menuju sekolah untuk menuntut ilmu, walaupun ada yang niat sekolah hanya ingin mendapatkan uang jajan dan ingin memiliki banyak teman. Murid-murid berdatangan ada yang naik motor, sepeda, naik bus mini, angkot, diantar orang tuanya menggunakan mobil, adapun jalan kaki.
    Bel sekolah pun berbunyi sebagai tanda waktu pelajaran dimulai. Murid-murid dengan tenang belajar di sekolah. Hening sepi keadaan di sekolah bagaikan tak berhunikan makluk, Seperti di hutan sepi sunyi.

    Bel istirahat pun berbunyi, murid-murid bagaikan pasukan burung yang keluar dari sangkarnya menuju kantin gaul bu ijah. Perut mereka terjadi perang dunia ketiga mereka berebut makanan dan cepat-cepat mendahulukan mengambil makanan.

    Aku tak nafsu untuk pergi ke kantin dan aku beranikan diri pergi ke perpustakaan.Setelah lamanya aku diperpustakaan datanglah seorang cowok ganteng yang diidam-idamakan oleh Rahma sahabatku sendiri.

    “Hai…….vi kok sendirian saja disini.” kata cowok itu yang bernama Dana.

    “Yah…. teman-teman aku lagi ke kantin, padahal aku diajak kekantin sama mereka, tapi aku pengennya pergi ke perpustakaan……. hehehe” kataku pada Dana.

    “Oa…… kamu les di Prima Eta yach??” Tanya Dana.

    “Eah…..kok kamu tau sich…” jawabku.

    “Kan aku juga les disitu,terus gw juga sering merhatikan kamu lho!!” kata Dana.

    “Memang kamu kelas X apa?, kok gw gak pernah lihat kamu?”

    “Ruang X-B. oa,kamu ruang X-A ya?”

    “yapz……….”

    Aku tak ingin dekat-dekat dengan Dana, Tapi aku juga punya perasaan sama Dana aku bingung kalau aku berdekatan sama Dana nanti Rahma cemburu. Kemudian ku pamit sama Dana.

    “Dan aku mau ke kelas dulu” kataku pada Dana.

    “Owg…..eah Vi silahkan”
     
    Kemudian aku menuju ke kelas, sebelum masuk ke kelas, di jalan aku ketemu Rahma. Aku menyapa Rahma dengan senyuman. Tapi apa yang Rahma kasih padaku, Rahma bersikap sinis. Aku bingung kenapa Rahma bersikap seperti ini kepadaku, Kemudian aku mencari Mia. Aku ingin menanyakan kepada Mia. Tentang sikap Rahma kepadaku. Setelah kutemukan Mia, ku langsung menanyakan kepada Mia.

    “Mi,aku boleh nanya sesuatu kepadamu gak?” tak sengaja air mataku membanjiri wajahku yang lembut ini.

    “Nanya tentang apa?”

    “Tadi aku ketemu Rahma, aku nyapa dia, Tapi dia cuek, malah dia bersikap sinis kepadaku, Apa salahku Mi”.

    “Apa benar tadi kamu janjian sama Dana di perpustakaan, kok kamu bisa ngehianatin sahabat sendiri sich”.

    “Mi, tadi itu, aku gak sengaja ketemu Dana di perpustakaan, sumpah aku sebelumnya gak janjian, tolong bantuin aku, untuk jelasin ke Rahma Mi.”Aku memohon ke Mia agar dia bisa bantuin aku untuk jelasin ke Rahma.

    “yach udah….gimana kalau pulang sekolah gw temuin kalian berdua”

    “Terserah kamu Mi, yang penting Rahma tidak salah paham sama gw”
     
    Kemudian setelah pulang gw nungguin Mia dan Rahma di kantin gaul,setelah beberapa lama aku nungguin munculah mereka dari balik kelas.setelah aku melihat Rahma.Aku langsung peluk Rahma dan aku teteskan air mataku.kemudian aku memohon-mohon agar Rahma mempercayai penjelasin yang diberikan oleh aku padanya.

    “Rah, plis dengar penjelasan aku, aku gak ada hubungan apa-apa sama Dana, mana mungkin aku ngehianatin sahabat sendiri.”

    “terus kenapa tadi kalian berdua ketemuan di perpustakaan.” Tanya Rahma.

    “Aku gak sengaja ketemu di perpustakaan Rah, kalau kamu masih gak percaya, gimana kalau kamu nanya langsung sama Dananya?”

    “owg………..yach dech aku sekarang percaya kok sama kamu, masa aku percaya sama orang lain daripada sahabat sendiri, maafin aku juga yach Vi,,”.

    “Memangnya tadi siapa yang bilang sama kamu”.

    “Sudah, gak usah dibahas, gak penting”.

    Aku bingung kenapa Rahma langsung maafin aku, padahal aku baru sebentar jelasin kapada Rahma. leganya perasaanku ini.

    “Makasih Rah”.

    Kemudian kami pun saling berpelukan rasanya senang banget ketika kami baikan kembali. Setelah pulang sekolah, Aku seperti biasa membuka kembali buku pelajaran. Setelah ku membuka buku, tak sengaja ku temukan secarik kertas yang beramplop. Ku buka perlahan-lahan, tapi kenapa jantungku ikut berdetak lebih kencang. Kubaca perlahan-lahan.

    Dear Via….

    Izinkan aku untuk berkata jujur padamu, Sebelumnya ku minta maaf kalau aku sudah lancang mengirim surat ini. Aku sadar, aku bukan apa-apanya kamu. Aku juga tak pantas memilikimu. Tapi semakin ku pendam perasaan itu, semakin sesak rasanya dadaku ini kalau tak segera ditumpahkan.
    Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya. Tapi tiap kali aku ingin melepaskan diri darimu, Tapi tiap kali itu aku ingin semakin kuat untuk memelukmu. Dan aku merasa heran mengapa perasaan ini hanya terjadi padamu, mengapa tak tumbuh pada gasdis-gadis yang lain, Bagi anak-anak lain mungkin menilainya, Mereka lebih cantik darimu?
    Tetapi ini perasaanku, Aku justru suka padamu tak hanya karena kecantikanmu, Tapi juga karena innerbeauty mu sungguh menarik bagiku. Aku tak ragu lagi memilih gadis semacam kamu. Kamu ini memang tak ada duanya di dunia ini. Sudah beberapa lama ku pendam perasaan ini tapi baru kali ini ku beranikan diri utuk menyatakan kalau aku “CINTA dan SAYANG”sama kamu. Maafkan aku kalau aku tak gentel seperti anak laki-laki lain yang mengutarakan langsung di depan wajah dan bertemu langsung empat mata.

    Tapi kalau kau mau agar aku langsung mengutarakannya aku akan mencoba, besok kita ketemu pulang sekolah di kelas X-9.

    Orang yang mencintaimu
    Adytia Pradana Putra

    Aku bingung,Aku tak tau harus berbuat apa. Aku bingung memilih salah satu ini CINTA atau SAHABAT. Kata-kata itu selalu menggoyang-goyang pikiranku. Aku punya persaan sama Dana dan aku juga gak mau menyakiti perasaan sahabatku. Kenapa bisa terjadi pada aku, kenapa tidak Mia??? Bukanya aku iri pada Mia, tapi karena perasaan bingung ini jadinya aku tak sadar menyalahkan Mia.... ya tuhan tolonglah diriku ini, aku harus berbuat apa?.

    Kemudian aku berfikir, aku sudah janji hidup dan matiku akan ku pertaruhkan demi sahabatku yang ku sayang. Aku relakan Dana untuk sahabatku Rahma. Aku tak ingn melihat sahabatku sedih.
    Aku sudah punya keputusan, aku gak akan terima Dana jadi pacarku, Tapi aku akan bersujud di depan Dana dan bermohon-mohon agar Dana mau jadi pacarnya Rahma.

    * * * * * * sekian * * * * * * * *


    cinta yang sebenarnya adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya....cinta yang sebenarnya adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih tetap menunggunya dengan setia....
    cinta yang sebenarnya adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum dan berkata "aku turut berbahagia untukmu wahai SAHABATKU"

    0 komentar

  • SAHABATKU CINTAKU

    Cerpen Sahabatku Cintaku

    Kamu, orang yang membuatku nyaman, dan bahagia. Selalu menjagaku tanpa lelah. Tetapi rasa ini sungguh menyiksaku, menunggu kepastian tanpa balasan. Dia sahabatku, tapi dia juga nafasku, dia Dicky Aprilio. Sejak pertama aku kenal dia, tatapannya itu masih teringat jelas di memoriku, senyumannya membuatku tenang dan damai  dia selalu menjagaku kapanpun dan dimanapun, setiap aku down dia selalu memegang erat tanganku dan membuatku bangkit lagi.

    Mungkin aku terlalu egois terlalu berharap untuk memilikinya, tapi aku tak bisa selalu berpura-pura untuk tidak mencintainya. Tapi disisi lain kalau emang kita jadian aku TAKUT, aku sangat takut kehilangan dia, aku gamau dia hilang dari mata dan hatiku. Tapi di sisi lain juga aku pengen banget milikkin dia, supaya semua orang tau dia milik aku bukan milik orang lain.

    Aku selalu menahan rasa sakit ini ketika teman-temanku menanyakan kedekatan ku dengan dicky selama ini, aku sakit ketika aku harus bilang “ bukan, dia hanya temanku.” Dan merekapun menjawab “padahal udah cocok banget, jadian aja.” Aku hanya membalas dengan senyuman. Tapi perlahan masalah itu sudah menjadi hal yang biasa untukku. Karna Dicky mengajarkanku untuk bertindak dan bersikap yang dewasa. Aku ga berani bilang Dicky adalah segalanya buat aku, karna aku takut segalanya aku hilang.

    Aku berusaha menjadi wanita yang dewasa yang ingin selalu berfikiran positif, jadi aku kadang berpikir kalau hubungan aku sama Dicky sekarang jauh lebih bahagia  aku takut jika kita pacaran lalu putus dan gak bisa deket lagi, mending betemen kaya sekarang dan dia gak akan ninggalin aku, kecuali dia mempunyai cintanya yang baru.

    D-I-C-K-Y seseorang yang paling berharga buat aku sekarang, andaikan aku mampu berkata di depannya bahwa aku sayang dia dan gamau kehilangan dia mungkin aku akan jauh lebih tenang, tapi beberapa kali aku mencoba untuk mengatakannya malah yang ada hanya gemetaran yang ku rasa, mungkin belum saatnya aku berkata seperti itu.

    Tawa dan candanya adalah warna di hidupku, aku tak ingin semuanya berlalu begitu cepat. Dicky juga adalah salah satu alesan yang membuatku betah di masa SMA yang dulu yang aku anggap biasa aja. Aku sekarang masih duduk manis di sampingnya menjadi teman biasa, entah akankah posisi itu berubah, akupun tak tahu 
    *****

    0 komentar

  • Jatuh Cinta Yang Salah

    Cerpen Cinta yang Salah


    Sahabat adalah serangkaian jalian kasih
    Dikala jatuh dia akan datang untuk mengangkatknya
    dengan kedua tangannya.
    Selalu mengharapkan kebahagiaan yang terurai
    Di setiap serat-serat persahabatan
    Bagiku sahabat adalah sebagian nafas yang aku punya
    Walau terkadang mereka sering pergi meninggalkanku…
    Tapi, mereka telah tergores di tinta jalan hidupku….
    Sahabat tak pernah terurai oleh massa…
    Dan tak kan pernah sirna hanya karena kebencian
    Meskipun kadang tak sependapat
    Namun selamanya akan tetap menjadi sahabat….

                   Dulu, aku memiliki kehidupan yang sangat suram di masa kecilku. Aku nyaris tak punya teman ketika aku duduk di bangku SD dulu. Setiap kali aku mencoba untuk mendekati mereka, mereka malah menjauhi dariku. Padahal aku berusaha untuk bisa berteman dengan mereka, dulu aku menekan rasa maluku untuk mendekati mereka. Namun, itu semua sia-sia. Mereka menganggap suaraku hanyalah gemuruh yang lewat dan akan menghilang setelah suasana menjadi cerah. Mereka bilang padaku, aku hanyalah anak yang jelek, cupu’, dekil yang hanya dianggap sampah. Aku akui aku jelek dan cupu’. Namun, aku ga’ dekil. Tapi itu adalah presepsi orang. Dan aku harus terima itu. Aku hanya tak ingin membuat masalah.

                   Hingga di suatu ketika, ada seseorang yang datang di kehidupanku. Sahabat pertama yang kumilki, dialah Arlen. Dia sangat baik padaku. Setiap kali aku menagis karena ejekkan teman-temanku, dialah yang menenangkanku. Meskipun kami masih kecil pada saat itu dan masih di anggap anak ingusan, namun bagiku dia adalalah malaikat berwujud manusia yang akan selalu menjagaku. Katika aku bersamanya, akhirnya banyak teman-teman yang aku punya. Aku akui, ketampanan Arlenlah yang membuat mereka mau berteman denganku. Aku sangat bahagia. Arlen selalu mengatakan padaku untuk tidak menangis di kala aku di ejek dengan sebutan mata kodok. Dia selalu bilang mataku ini indah seperti mata bidadari.

                   Hingga di suatu ketika, Arlen pergi meninggalkanku. Dia pindah di kota Ambon. Rasanya sulit bagiku menghadapi semua ini sendirian. Teman-teman yang sempat ada, kini menghilang sejak kepergiannya Arlen. Dan kini aku harus memulainya lagi dari awal .

                   Hari berganti hari. Tanpa terasa tahun-tahun pun terlewatkan. Ternyata 8 tahun sudah aku dan Arlen tak pernah bertemu. Bahkan sejak kepergiannya di hari itu, dia serasa benar-benar menghilang tanpa ada sepatah katapun dan tanpa meninggalkan jejak. Aku hanya bisa menangis ketika tahu dia sudah tidak ada di sisiku lagi. Begitu sulit menghadapi teman-teman yang suka memilah-milah teman. Namun, aku tahu aku akan mendapatkan sahabat yang baik di suatu hari nanti. Dan aku tahu dengan kekuatan cinta yang aku milki, semuanya akan terlihat mudah untuk dihadapi.

                   Ya,,,, ternyata semuanya telah terjawab, aku sekarang memilki banyak teman dan bahkan lebih dari yang aku bayangkan. Aku tahu Allah akan memberi jalan kepada orang yang mau berusaha untuk berubah. Dan itu terbukti di kehidupanku….

                   Di tahun yang ke-8, di pertengahan tanggal bulan Desember lebih tepatnya 16 Desember 2008, Di kala itu aku masih duduk di bangku SMA. aku mendapatkan nomor ponselnya Arlen dari salah satu sahabatku Antoni. Kebetulan dia jalan-jalan ke ambon, dan bertemu dengan Arlen. Dari situlah Arlen menitipkan nomor ponselnya kepada Antoni untukku. tanggal 17 Desember 2008 aku menghubungi Arlen. Namun, dia tak pernah membals SMSku. Besoknya aku SMS dia lagi, namun tak ada sms balasan darinya. Sejak sat itu aku pun tidak menghubunginya lagi. Aku berfikir, Antoni cuman ingin mempermainkanku. Di hari yang ke-6, tepatnya tanggal 23 Desember 2008, aku di SMS sama Arlen. Itulah kali pertama aku dan Arlen berhubungan lewat komunikasi telpon.

                   Ya Allah… betapa senangnya hatiku saat itu. Aku hanya bisa terdiam mendengar kelembutan suaranya. Suaranya masih terdengar seperti kami masih SD dulu, benar-benar lembut. Hingga disuatu hari aku ngirim sms ke dia, namun dia tak membalasnya tapi dibalas sama temannya yang bernama Alvin. Dari situlah akhirnya aku berteman dengan Alvin. Ternyata Arlen sengaja membiarkan temannya yang membalas SMSku. Dia ingin mendekatkanku dengan temannya Alvin. Sejujurnya hari itu aku agak kecewa, tapi ternyata Alvin adalah orang yang baik yang memilki banyak kesamaan denganku. Mulai dari aktivitas sampai dengan hal yang kami sukai. Dan itu membuatku tarasa nyambung dengannya.

                   Semuanya masih berjalan dengan baik. Aku dan Alvin masih tetap berteman baik. Dia selalu mengirim SMS disaat waktu yang tepat. Sedangkan Arlen menghilang tanpa jejak. Aku sudah merasa nyaman dengan Alvin. Namun, di saat Alvin akan menyatakan persaanya padaku, malah aku menerima Arlen sebagai pacarku. Sungguh aku telah menyakiti persaan Alvin.

                   Sejak saat itu, Alvin pun menghilang dari kehidupanku. SMS yang biasanya ku terima dari dia setiap hari, kini tak ada lagi. Mungkin dia marah padaku. Itulah awal persahabatnku hancur.

                   Seiring berjalannya waktu, aku pun semakin mengenal Arlen. Dia tak seperti Arlen yang kumilki seperti dahulu. Lingkungan telah merubahnya. Setiap kali dia ketemu denganku, dia selalu menceritakan mantan-mantannya padaku. Yang lebih parahnya lagi dia bilang padaku kalau dia masih mencintai mantannya. Dan lebih kacaunya lagi dia menyukai sahabatku Regina. Ya ampun…. Aku tak bisa berkata apapun. Aku hanya bisa tersenyum ketika dia mengatakan hal itu padaku. Entahlah apa yang dia inginkan. Yang pastinya itu membuatku sakit mendengarnya. Dia tidak memikirkan persaanku yang saat itu masih menjadi pacarnya.

                   Aku berusaha bersabar, setiap kali dia curhat tentang masa lalunya aku selalu merubah statusku yang tadinya pacar, menjadi sahabat setia yang akan mendengarkan semua yang ia katakan. Namun, aku hanyalah manusia biasa yang punya perasaan. Aku tak kuat mendengar pacarku selalu mengungkit-ngungkit mantan pacar yang masih dicintainya. Kalaupun aku bertahan, entah sampai kapan aku bisa bertahan menyembunyikan persaanku yang hancur setiap kali dia menceritakan hal itu padaku?

                   Ya Allah… aku tak kuat menerima semua ini. Rasanya sakiiiit sekali…. Hingga di suatu hari aku ngirim sms dia, namun nomor ponsel yang ku gunakan adalah nomor ponselku yang baru. Dia membalas SMS ku. Namun di beberapa bulan berikutnya, aku tak pernah mengSMSnya lagi. Dan dia juga tak pernah mengSMSku.


                   Hingga di suatu hari, dia SMSan dengan fitria temanku, dan bertanya kepada fitria kenapa aku ga’ pernah lagi menghubunginya? Dan fitria menyampaikan hal itu padaku. Dua hari selepas itu, aku pun mengirim SMS padanya. Dan dia membalas SMS ku juga dengan bertanya siapa aku. Aku menyuruhnya menebak.

                   Awalanya tebakannya membuatku GR setengah mati. Dia berkata kalau akau adalah pacarnya yang jauh namun dekat di hati. “hah,,,,melegakan, ternyata Arlen masih mengingatku,” pikirku dalam hati.

                   Ternyata aku salah menduga, orang yang dia bilang pacar yang jauh namun dekat di hati adalah bukan aku tapi pacarnya yang lain Dea Yesika. Ya Ampun,,,, aku hanya berusa mengatur nafas untuk membuat air mataku tak boleh terjatuh. Namun apa daya, aku adalah manusia biasa yang punya persaan dan sore itu air mataku akhirnya jatuh juga. Ternyata selam ini, dia tak pernah save nomor baruku. Aku hanya terdiam dengan mata yang berkaca-kaca.

                   Setelah mengetahui kebenarannya, aku pun mengSMSnya kalau yang dia tebak adalah salah. Ternyata dia tak pernah mengingatku. Mungkin selama ini aku keGRan dengan apapun yang dia katakan padaku di awal sebelum kami berdua berpacaran. Cinta telah membutakan mata hatiku. Sampai-sampai aku tak bisa melihat ketulusan dari orang yang menyayangiku. Dan Aku tak bisa membedakan yang mana kebohongan dan yang mana kebenaran.

                   Setelah dia tahu kalau orang yang dia tebak adalah salah, dia pun mengirim SMS ke fitria dan meminta nomorku. Kamu tahu, setelah dia tahu kalau aku adalah orang yang SMSan dengan dia tadi, dia malah meminta maaf kepada fitria bukan padaku. Aku heran, dia tak bisa membedakan yang mana orang yang dia sakiti dan yang mana orang yang harusnya di mintai maaf.

                   Tapi, tak apalah. Lagian aku bukan hakim yang harus menuntut dia untuk mengucapkan maaf padaku. Bagiku Arlen yang ku milki bukanlah Arlen yang ada padaku sekarang, tapi yang kumiliki hanyalah Arlen yang dulu ketika kita masih di bangku Sekolah Dasar. Aku tak membencinya, aku hanya kecewa dengan sikapnya yang sekarang. Waktu telah merubah dia menjadi orang lain. Aku tak bisa menyalahkan siapapun. Yang pastinya hidup ku akan terus berjalan meskipun tanpa Arlen.

                   Mungkin benar sahabat akan selamaya menjadi sahabat. Namun, tak sedikit sahabat bisa menjadi cinta. Aku mengerti ini adalah kesalahanku dengan Arlen. karena di dalam hubungan yang kami jalani, ada seseorang yang kami sakiti. Dia adalah Alvin. “Maafkan aku sahabatku…!!!! Aku berharap kita bisa bertemu lagi dan bisa bersahabat seperti dahulu lagi.

    Cinta Is Great
    Semua akan berakhir pada waktunya
    Tak akan ada yang tersisa
    Semua yang ku miliki akan hilang
    Yang tersisa hanyalah cinta
    Cinta,,,,,
    Entahlah itu benar ada atau tidak?
    Kalaupun banar ada, mengapa cepat sekali berubah?
    Ketika ku mencoba untuk percaya
    Yang ada hanya dusta
    Ya, dusta!
    Mungkinkah aku jatuh cinta pada orang yang salah?
    Atau mungkin aku yang terlau bodoh dalam mengenal cinta?
    Namun, bagiku semua itu tak begitu berarti
    Cinta memang ada untuk orang yang bisa merasakannya
    Dan cinta juga bisa tak ada bagi orang yang tak pernah merasakannya
    Semua orang bisa berubah karena cinta.
    Namun tak sedikit orang orang yang mendustainya
    Hah,,, cinta memang gila.
                   Dan kini aku telah memaafkan semua yang telah terjadi. Aku tak bisa membencinya hanya karena dia pernah menyakiti hatiku. Dia sama sepertiku, dia hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan. Selama 10 tahun berakhir, di tahun yang ke-11 aku baru ketemu lagi dengan Arlen, ketika itu aku berencana pulang kampung. dulu kami pacaran jarak jauh. Ternyata fellingku benar, dia telah berubah menjadi Arlen yang tak ku kenal. Namun, dengan perubahnnya itu, tak kan membuatku menghapusnya menjadi sahabat pertamaku.

                   Pertemuan kami terjadi begitu singkat. Ketika dia melihatku, dia hanya meminta maaf atas semua yang telah dilakukannya padaku di waktu dulu. Sebagai seorang sahabat, aku memaafkannya. Karena aku tahu sahabat takkan pernah terubah hanya karena kebencian. Sejak saat itu, aku pun membuka lembaran baru bersama Arlen dengan memulai persahabatan yang dulu sempat hilang. Aku memang menyayanginya, namun rasa sayang itu tak lebih dari rasa sayangku sebagai seorang sahabat. Kesalahan di waktu dulu takkan terulang kembali.

                   Sejak saat itu, kami tak bertemu lagi. Karena aku harus melanjutkan studyku di Makassar. Namun, bukan berarti kami kehilangan komunikasi. Sesekali dia mengSMSku atapun sebaliknya. Aku akan menjalin persahabatan ini dengan rasa sayang, kesaling hormatian, dan Saling menasehati tanpa harus mendustainya. Aku tahu, bila aku memulai dengan kebohongan, maka semuanya akan berakhir dengan kepahitan. Aku berharap dia bisa mengerti dengan persahabatan yang kami jalani saat ini.

    THE END

    0 komentar

  • Rasa Yang Tak Kan Mungkin Pudar


    Seorang perempuan berumur 17 tahun telah menyukai seorang laki-laki yang sangat kebetulan adalah temannya dikala ia masih kecil. Perempuan ini bernama Via, parasnya sangat cantik sekali dengan rambut terurai tebal lembut sekali. Sedangkan laki-laki bernama Adi, penampilannya rapi meskipun tampangnya biasa-biasa aja. Dahulu mereka sering bertengkar, entah rambutnya via yang terkulai bebas tersebut dijambak oleh adi. Yaa..mereka berdua tidak bisa disatukan lagi bahkan guru pendampingnya pun menyerah menghadapi tingkah adi dan via yang semakin membabi buta. Emang sih masa-masa itu adalah masa anak-anak yang ingin bermain dan bertengkar.


    Cerpen Cinta Remaja
    Sering dengan pergantian waktu, hari, bahkan bulan mereka berdua tumbuh remaja. Namun ketika duduk dibangku SMA mereka terpisahkan. Adi pergi jauh sekolah ke luar negeri, dia mengikuti ayahnya yang bekerja disana. Perpisahan mereka tidak dilakukan, hal ini dikarenakan kepergian adi terlalu cepat sehingga tidak bisa berpamitan dengan via. 3 tahun sudah berlalu, via selalu menunggu kedatangan sahabat terbaiknya “adi” sepanjang masa. Sungguh keterlaluan adi tidak memberikan sedikit kabar tentang dirinya kepada via. Bahkan seolah-olah adi sudah melupakan kedekatannya dengan via sewaktu kecil.

    Suatu ketika via duduk di tepi sungai dengan merenung berharap setelah dia menoleh ke belakang ada Adi sedang berdiri di belakangnya. “via...via..” panggilan itu sangat keras sekali perasaan via tidak karuan senangnya tetapi setelah menoleh kebelakang ternyat sofi teman sebangkunya. “kamu ngapain disini vi?” tanya sofi. Via hanya diam terpaku begitu saja. Meskipun via tidak menjawabnya sofi pun tahu kalu dia sedang menunggu cinta monyetnya. Hehehe.. sofi menyebut kisah dari via ini dengan cinta monyet. Dengan penuh rasa sayang saofi mendekati teman sebangkunya itu, “sudahlah vi, adi itu temanmu di waktu kecil jadi wajarlah kalau dia disana pasti sudah punya teman-teman baru lagi”. Dengan raut wajah yang sedih, via membenarkan perkataan sofi. Walaupun sangat sulit untuk melupakan adi dia akan berusaha demi hidupnya yang harus berjalan terus menerus.

    Semuanya telah dilakukan sangat baik oleh via, dia benar-benar sudah melupakan sahabatnya. Disaat dia sudah melupakannya adi sahabat karibnya pulang ke Indonesia, memang benar semua yang di katakan sofi dia lupa akan dirinya. Via mengira kepulangan sahabatnya itu bersama dengan perempuan asing dari luar negeri, ternyata dugaanku semua itu tidak benar. Adi pergi bersama sofi teman sebangku via. Tega sungguh sangat tega, meskipun sudah diperlakukan demikian via masih saja berpikiran positif dia masih bersikap baik sama adi dan sofi. Yang membuat via sagat sedih dan menyesal adalah pernah mengan adi dan sofi yang sangat begitu baik kepadanya, tidak itu saja adi selama ini tidak menyadari keberadaanku dan perubahan sikapku ke dia. Sudahlah, mungkin ini semua memang takdir dan sudah jalan dari yang Kuasa.

    Via akan selalu mengenang kebersamaan sewaktu kecil meskipun mereka berdua sering saja bertengkar tapi pertengkaran itu malah yang membuat via mulai jatuh cinta pada pandangan pertama.
    *****

    0 komentar

  • PENANTIAN CINTAKU



    Penantian kata itu yang selalu terucap di bibir ku,hanya berharap dan menanti kau datang dan mengambil cinta dariku. Awal bulan February pun telah berlalu hampir 3 bulan lebih aku menantinya berharap apa yang aku nanti bisa ku dapatkan kembali. Namun apa semua nya di luar dugaan ku,tak kusangka penantian ku selama 3 bulan ini akan menjadi sia-sia hanya karna kau telah mempunyai cinta yang lain.


    Kecewa,terluka yang aku rasakan saat itu. Hamparan penantian kosong yang kini masih tertinggal di kehidupan ku, tak tau apa yang harus aku lakukan lagi semua nya terasa berat aku jalani.

    Hari-Hari ku yang dulu ceria kini menjadi suram aku hanya bisa terdiam membisu memikirkan apa yang telah terjadi padaku, seakan-akan aku tak percaya dengan semua ini, sesekali aku berfikir mungkin ini hanya mimpi bukan kenyataan. Namun setelah aku terbangun ternyata semua nya bukan mimpi, kini kau telah bahagia dengan cinta yang lain.

    Saat itu aku yang duduk di kelas XII di sebuah sekolah swasta di daerah plered-purwakarta. Mengalami defresi berat karna semua di luar dugaanku. Kehadiaran ku di sekolahan pun menurun, aku yang tadinya tak pernah membolos kini sering membolos hanya karna memikir kan cinta dan wanita saja. Surat dari kepala sekolah dan guru BP pun berdatangan.

    “Asslamualikum.wr.wb.”

    Kepada orang tua murid saya selaku wali kelasnya Rian Sulaeman Farhi meminta ibu/bapak untuk hadir kesekolah membicarakan kehadiaran rian selama 1 bulan ini.

    Begitu lah isi surat panggilan untuk orang tua ku dari sekolahan ku yang sempat aku baca. Sesampainya surat itu kepada kedua orang tua ku mereka marah besar kepada ku,kecewa dangan apa yang telah aku lakukan sehingga surat panggilan dating dari sekolah.

    Aku yang sedang duduk di kursi saat itu sambil mengotak-atik Hp ku tiba-tiba . . . .
    “GUPRAKKKKKKKKKK” . . . .

    Sebuah suara di atas meja yang ada di depan ku, saat aku lihat ternyata tangan mama yang sedang memukul meja dengan sebuah surat di tangan. Kaget saat aku melihat nya.

    “ini yang di namakan sekolah . . . . . .?” Terdengar jelas di telinga ku suara kemarahan dari mama,
    aku hanya bisa terdiam saat itu menyesali apa yang telah aku lakukan. Mengecewakan sosok seorang mama.

    “maafin aku mama . . .” Ucapaku dalam hati kecil ini,

    Terdengar mama menangis seperti tak percaya dengan apa telah aku lakukan. Hanya gara-gara sebuah cinta dan wanita aku harus melihat mama menetes kan air mata. Saat itu aku mencoba untuk melupakan apa yang 3 bulan lalu terjadi, kini mama udah kembali lagi ceria dan mau memaafkan kesalahan ku.

    “aku janji sama mama aku gak akan ngecewain lagi mama dan buat mama meneteskan air mata untuk yang kedua kali nya” Kata itu yang aku ucapkan kepada mama.

    “makasih nak, belajar lah yang rajin mama gak mau liat kamu susah. Karena kehidupan sesungguhnya akan kamu rasakan nanti setelah kamu berkeluarga.” Jawab mama yang penuh senyum dan sambil mengelus pundak ku, seperti mama gak mau melihatku mempunyai beban.

    * * *
    Mentari pagi pun mulai terbit seperti biasa mama yang selalu bangunin aku buat sekolah, sesampainya aku di sekolah dan duduk di kelas hanya lamunan yang aku perlihat kan kepada temen-temen dan semua orang.

    Terlalu pahit penantian ku terhadap mu,hamparan luka yang kini aku terima walau pun aku udah janji sama mama untuk melupakan itu semua namun sulit bagiku, bayangan nya selalu menghantui hidup ku semakin aku mencoba melupakan nya semakin sakit hati ini. Seperti tak ada cara lain hanya diri mu yang mampu mengobatinya. Sesampai nya aku di rumah lamun lagi yang aku perlihatkan, sesekali mama memperhatikanku.

    “anak ku lagi terluka dan patah hati” Goda mama kepada ku.

    “apaan sich mama ini . . .” Jawab ku sambil sedikit tersenyum karna gak mau melihat mama ikut sedih.

    “udah gak usah bohong sama mama, mama juga tau kok. Karena mama juga kan pernah muda kaya kamu, jadi pernah ngalamin.“ Jawab mama sambil menghibur ku agar aku gak terus-terusan terpuruk dalam kesedihan.

    “bener gak ada apa-apa kok mama , , , , !!!!! ya, iya atuh mama pernah muda masa mama tua dulu sich?” Balas ku menggoda mama.

    Obrolan pun berlanjut tak terasa sore pun telah tiba,saking asyik nya ngobrol ama mama sampai-sampai aku lupa tadi mau makan siang. Canda tawa yang tadi bersama mama hilang sudah saat aku kembali ingat sosok bayangan nya lagi, entah kenapa bayangan nya terus menghantui, rasa rindu kepadanya pun semakin menjadi walau aku tau dia kini bahagia bersama orang lain. Hanya penantian dan harapan yang masih aku simpan untuk nya walau aku sendiri tak tau sampai kapan penantian ini akan berakhir.

    MY LOVE KU IKA
    YANG S’LALU AKU TUNGGU.

    0 komentar

  • I'm Better Than Him

    Pagi ini gue bener-bener kesel seribu kali kesel sangat kesel ampun deh pokoknya gue kesel! Argghh -_- !
    Gimana gak kesel.. Sisi, cewek yang gue suka selama 2 tahun udah jadian sama Candra.. Candra si cowok aneh bin ajaib sok keren playboy gitu..
    BRAKK!>
    Gue pukul meja kantin dengan gumpalan tangan gue.. amarah gue bener-bener muncak. Semua seisi kantin pada ngeliatin gue heran, bodo amat.
    “ Heh ! loe kenape bro? sabar bro.. “ ucap Alvin duduk di sebelah gue sambil minum es tehnya..
    Tanpa berfikir gue ambil es teh milik Alvin langsung gue minum.
    “ Hahh .. gue kesel Vin !”
    “ Tau lah loe kesel.. loe sih nembaknya kelamaan ..tapi gak sampe ngancurin meja gini..”
    “ Halah peduli amat gue, .. sekarang cuma ada Sisi di otak gue.. “ ucap gue jambak rambut lurus gue.
    “ Sisi? Sisinya Candra? “ tanya Alvin ngeliat gue heran.
    Gue diem nunduk..
    “ Kenapa? Patah hati.. ambil hati ayam sambung ke hati loe “
    “ gue gak mau becanda Vin.. loe sebagai sahabat bertahun-tahun gue bantu donk.. alah loe ni..”
    “ Udahlah.. dia udah jalan sama cowok yang dia suka.. masa’ loe gak rela Sisi bahagia?”
    “ Bukan masalah gitu Vin, loe tau kan Candra kayak gimana? Dia udah terkenal playboy di sekolah tercinta ini.. masih mending lah kalo dia dapet cowok selain dan lebih baik dari Candra..” ucap gue.
    “ Contohnya gue..”
    “ Ehh.. gue sumpel gigi loe!”
    “ Justkid bro.. okee.. gue tau cara nya supaya loe bisa dapetin Sisi..” ujar Alvin dengan sok cool.
    “Gimana?”

    ***

    Gue mulai beraksi dengan ide Alvin.. tau lah ide ini berhasil atau tidak. yang penting gue dapetin Sisi..
    “ Sisi!” panggil gue dari arah taman.
    Sisi yang saat itu lagi jalan sendiri langsung menoleh dan tersenyum ke gue. Oh~
    “ Raka.. kenapa?” tanya dia lembut.
    “ loe suka minuman apa?”
    “ gue? kenapa Ka? gue suka semuanya..”
    Wah bagus nih..
    “ Nih.. gue punya ini buat loe..” ujar gue sambil mengeluarkan es krim dari belakang punggung gue.
    “ Strawberry?”
    “ iyaa.. hehe, gue pikir loe cewek jadi kebanyakan cewek suka strawberry gitu Sis.. “ ucap gue nyengir.
    “ ehmm.. makasi Ka, tapi gue gak suka Strawberry..”
    JDERR!>
    “ jadi? “
    “ gue lebih suka coklat..”
    “ tapii.. terima ini Sis,, gue udah beli ini untuk loe.. “ mohon gue.
    “ ya udah deh.. makasih ya Kaa.. gue balik ke kelas dulu.. “ Sisi tersenyum ke gue dan jalan ninggalin gue.
    Halahh.. Alvin sok tau loe -_- , gue mau dia seneng 100% ..
    Gue segera ngikutin Sisi dari jauh berharap es krim gue di makan cuma sama dia .. dengan gaya ala detektif gue buntutin Sisi sampai ke arah kelasnya dan ternyataa ... disana ada Candra dan Sisi nyamperin dia!
    Ya Tuhann.. hamba tak sanggup.
    Sisi ngomong ke Candra, entah apa itu.. ia ngasih eskrim gue ke Candra! Asap amarah gue udah nyampe ubun-ubun.. tanpa sadar gue tendang pintu kelas Sisi langsung pergi.
    Gagal! Sisi gak suka eskrim gue. Alvin .. gue jebret loe,.
    Pulang sekolah gue sama Alvin pulang bareng jalan kaki. Secara rumah kita deket banget sama sekolah yaahh kira-kira 4 menit kalo pake motor.gak kurang dan gak lebih..
    “ Vin! Loe tau darimana kalo Sisi suka strawberry?” tanya gue sinis.
    “ Tau lah.. dia kan cewek.. mana da cewek gak suka strawberry. Berhasil yo kan bro?? “ PD Alvin yang ngebuat gue smakin pengen ngancurin mukanye.
    “ Pinter loe.. pinter bikin gue sakit hati! .. Sisi tuh beda Vin.. dia gak suka strawberry. Dan alhasil eskrim gue dikasi ke Candra ! “
    “ Apa?? Sorry bro.. hemm, atau loe kasih dia bunga aje besok sebagai tanda minta maaf loe ke dia ? “ ucap Alvin ngerangkul gue.
    “ Bunga?”
    “Yoi.”
    “Bunga apa?”
    “Alahh loe..bunga yang menurut loe wangi dan indahh.”
    “Jangan menurut gue! menurut Sisi donk.. tapi gue ya gak tau bunga kesukaan dia apa..”
    “ kebanyakn cewek suka mawarr.. nah loe kasih aja mawar merah sebagai tanda api asmara loe yang membara ke dia.” ujar Alvin sumringah.
    “ Ehmm.. ntar ada les kan, anter gue sekarang beli bunga.. ntar les gue kasih ke dia.. oke?”
    “Sip..”
    Kita pun berbalik arah menuju toko bunga yang gak jauh juga dari rumah gue dan Alvin.
    Sesampainya kita disana, gue ngeliat motor Candra parkir di depaan toko.
    “ Vin.. tu kan motornya Candra?” tanya gue memastikan.
    “ Iye bener.. “
    “ Ngapain dia kesini?”
    “ Beli bunga lah.. masa’ beli beton. Udahlah masuk aje.. “ ajak Alvin.
    Gue dan Alvin pun masuk.. terlihat Candra berdiri milih bunga sendiri.. dia ada di depan kumpulan bunga mawar putihh..
    “ kok dia berdiri di depan mawar putih? jangan-jangan Sisi sukanya mawar putihh..” tebak gue.
    “ Hemm.. gak papalah..”
    “ Gak papa apanya ! ntar gue salah lagii..”
    “ Loe ini.. loe harus yakin Ka.. dalam hal kayak gini loe harus sok tau, dengan cara sok tau gini Sisi pasti seneng soalnya loe bisa ngebuat dia terhibur sedikit dengan apa yang loe tau sendiri.. “
    “ Alahh bahasa loe gak gue ngerti.. ya udah deh terserah loe aje..”
    Gue dan Alvin menuju bunga mawar merah yang udah mekar-mekar indahh.. lalu memilih-milih ditemani penjual bunganya.
    ..
    “ Raka Alvin kan?” panggil seseorang di belakang kita.
    Gue sama Alvin noleh, ternyata Candra..
    “ Berdua beli bunga ngapain?” tanya nya sinis.
    “ Buat__” kata-kata gue diputus Alvin.
    “ buat mama kitaa.. kenape loe? Gak boleh kita beli bunga disini?”
    “oohh.. gue kirain kalian jeruk makan jeruk.. wkwk,, beli bunga aje berdua.. sendiri donk kayak gue maskulin keren ... cemen loe pade!” ejek Candra.
    “ Eh loe ! “ teriak gue yang ditahan Alvin..
    Candra langsung pergi meninggalkan toko dengan ikatan mawar putih di genggamannya. Ngajak berantem dia.. gue ambil Sisi baru K.O loe.

    ****

    Di koridor sekolah, gue genggam mawar merah di belakang punggung gue. gue berharap bertemu Sisi dan dia nerima maaf gue.. ya walau kesalahan gue gak besar bagi dia ngasih eskrim strawberry kemarin, tapi menurut gue itu kesalahan besar! Gue gak salah kan ngerebut cewek orang yang sok cool playboy kayak Candra .. yap gue gak salah. Ini namanya perjuangan cinta.
    Akhirnyaa..
    Sisi keluar dari kantin dengan botol mineral di tangannya.. baju lengan panjang celana jeans serta rambut panjang gelombang diikat dan poni ala Jessica SNSD membuat kecantikannya semakin mempesona sangat mempesona di mata gue. *_*
    “ Sisi !” panggil gue.
    Sisi langsung ngeliat gue tersenyum dan berjalan ke arah gue.
    “ iya Ka? loe mau ngasih apa lagi ke gue? “ canda Sisi tersenyum manis.
    “ ehmm.. “
    Waduhhh.. kenapa gue jadi deg-degan ginii..
    “ Ini Sis, loe tau aja gue mau ngasih apaa.. “
    Gue segera menunjukkan bunga mawar merah lalu menyodorkannya.
    “ Gue minta maaf karna loe gak suka eskrim strawberry gue kemarinn.. jadi gue ngasih ini..” ucap gue gugup.
    Sisi menerima bunga mawar gue.
    “ Ka, kok loe tau gue suka mawar merah? Ini bener-bener wangii ..” seru Sisi seraya mencium wangi mawar gue.
    Waah....... senangnya gue ! Alvinnn.. makasiihhh Vinn..
    “ Benerann loe suka Sis ? wahh.. hehehe, gue nebak ajaa Siss.. “
    “ Makasihh Kaa.. ehmm,, loe tiba-tiba ngasih gue eskrim kemarin kenapa Ka? “ tanya dia serius.
    Waduhh.. apa’an nih pertanyaan.. masa’ gue jawab basa-basi doank, marah lah Sisi nantii..
    “ Ituu.. gue, gue Cuma__”
    “ Rakaaaa !!! “ teriak Alvin yang ngebuat gue langsung diem.
    Alvin lari ke arah gue dengan nafas yang terengah-engah.
    “ Sorry Sis.. gue pinjem Raka dulu, ini demi loe juga Sis ! “ ucap Alvin langsung narik tangan gue.
    “ Tunggu gue Sis ! “ teriak gue dalam pelarian gue sama Alvin.
    Sisi diam melihat kita dengan heran dan penasaran. Alvin narik tangan gue dan lari menuju belakang gedung sekolah.
    Kita berhenti setelah lumayan cepat berlari..
    “ Hahh.. loe kenapa Vinn,, bikin kaget gue aja loe.. “ ucap gue membungkuk.
    “ Sssst.. diem loe Ka, “
    Alvin ngeliat gue..
    “ Apa? “tanya gue.
    “ coba loe liat disana.. “ ujar Alvin mengarahkanku ke batasan dinding gedung.
    “ pelan-pelan loe, ngintip ajaa.. “ sambung Alvin.
    Gue segera mengintip ke batasan dinding.. dan ternyata..
    ...
    Gue ngeliat Candra sedang berdua mesra dengan wanita dari luar sekolah entah siapa ituu.. mengenakan seragam sekolah lain dan memegang mawar putih yang Candra beli kemarin.gue langsung ngeluarin ponsel lalu gue foto mereka..
    “ Hehh.. ngapain loe foto?” tanya Alvin.
    “ gue mau ngasih bukti ini ke Sisi Vin, Candra gak baik buat dia.. “
    “ Loe hati-hati ngasih ke Sisi, dia bisa shock ..”
    Gue ngeliat Alvin dan segera meninggalkan dia lalu kembali menuju Sisi di koridor ,. Berharap Sisi masih menunggu disana..
    Yapp ! Sisi masih menungguku disana dengan mawar merah gue..
    Gue nyamperin diaa..
    “ Kenapa Ka? ada hubungannya dengan gue?”
    Gue mangangguk pasti .. segera gue kasih ponsel gue yang memperlihatkan foto Candra tadi. Sisi menerimanya lalu dilihat..
    Sekejap mata indahnya terbelalak dan terkejut..
    “ Maksud loe apa Ka ? “ ujar Sisi pelan.
    “ Candra gak baik buat loe Sis.. dia bermain di belakang loe. “ jelas gue.
    Sisi terdiamm lalu memberikan ponsel gue kembali.
    “ Loe ngasih gue eskrim kemarin supaya loe bisa ngancurin hubungan gue . sementara gue udah punya Candra tapi loe mau ngerebut gue.. gue bisa tau sendiri Ka, loe gak usah ikut campur urusan gue. . “ ucap Sisi dengan mata berkaca-kaca dan membanting mawar merah gue..
    “ Siss.. gue tauu Candra kayak gitu dari dulu, gue mau loe bahagia dari depan maupun belakang pacar loe, tapi kenyataannya loe sama Candra.. gue gak rela Sis loe dipermainin.. gue .. gue sayang sama loe dari dulu.. maafin guee Sis.. “
    Jelas gue dengan menahan emosi.
    “ Udahh diem deh loe Ka. “ ucap Sisi pergi lari ninggalin gue.
    “ Sisi !! “
    Hahh.. apa gue salahh,, gue cuma nunjukin faktaa.. gue mau ngerebut loe karna Candra emang gak baik buat loe Sis.. gue bisa berbuat lebih baik dari Candra! Gue lebih baik dari Candra !..

    ****

    Gue terbaring menatap atap kamar gue,, berharap besok Sisi maafin gue lagi.. gue harus bisa dapetin loe dengan cara baik apapun.. gue salah pasti gue minta maaf .. kalo memang gue ikut campur urusan dan hubungan loe, gue gak akan ikut lagi.. tapi gue bener-bener gak sanggup jika harus ngeliat loe dipermainin dibelakang cowok kayak Candra.
    Pintu kamar gue terbuka, ternyata si dodol garut Alvin..
    “Ngapain loe Vin? “ ucap gue balik badan dan nyelimut diri.
    “ Loe ngapain nyelimut galau begitu?” balasnya duduk di kasur empuk gue.
    “ Halahh loe, gak punya kamar loe, tiap malem ke kamar gue.. kangen loe tiap hari ama kasur gue.. “
    “ Gue bisa beli ndiri bro.. udahlah jangan galu-galau gitu. . “
    “ Shut up! Gue gak galau.. “
    “ Shut up shut up.. makan singkong aja gaya loe pake bahasa Britis.. udah deh, ada yang nunggu loe tuh diluarr.. “ ucap Alvin.
    “ Siapa? Mama gue.. gak usah ngebohong loe Vin, mentang-mentang rumah gue gak pernah dikunjungi sekarang loe ngeledek dengan cara kayak gituu .. “ cuek gue dalam balutan selimut hangat.
    “ Cerewet loe.. ntar Sisi gue suruh pulang lo. “
    Hahh..
    “ Sisii ?! “ kejut gue segera membuka selimut.
    Alvin mengangguk .
    Dengan semangat gue keluar kamar dan menuju luar rumahh.. emang bener, Sisi di teras rumah gue.. Sisi ngeliat gue tersenyum.
    “ Siss.. l.. loe, kok disini ? “ tanya gue setengah gugup.
    “ gak boleh gue kesini? .. gue minta maaf sama loe.. “
    “ Maaf ? gue yang harus minta maaf Sis. “
    “ Loe gak salah Ka.. loe udah nunjukin foto itu ke gue, dan gue bisa tau apa yang Candra lakuin di belakang gue.. maaf gue terlalu emosi tadi.. ehm, gue udah ngomong ke Candra dan gue udah pisah sama dia.. sebagai tanda maaf gue, gue kasih ini ke loe.. “ ujar Sisi menyodorkan 2 eskrim Strawberry ke gue.
    “ Strawberry? 2 ? satunya buat siapaa ? “ tanya gue.
    “ Alvin donk.. gue kan adill .. “ cengir Sisi maniss.
    “ lah loe? “
    “ gue punya coklat .. loe lupa gue gak suka strawberry.. “
    “ oh iyaa.. thanks Siss.. “ girang gue nerima eskrim Sisi.
    Alvin tiba-tiba dateng di belakang gue.
    “ Eh, ni buat loe. “ gue sodor eskrim ke Alvin.
    “ Enak nihh .. “
    Akhirnya kita bertiga makan eskrimm ..
    Guee.. harus ngomong apa lagii .. gue harus dapetin Sisi.. tapi ini gak mungkin terjadi sekarang.. dia kan masih galau.. galau ?
    “ Gue gak galau kok Ka.. “ cetus Sisi membuyarkan lamunan gue.
    “ Hemm ? “ gimana dia bisa tau pikiran gue.
    “ Raka.. loe jangan kelamaan nembak cewek .. nanti diembatt lagii sama orang gak bener.. “ ucap Alvin cengengesan.
    Ishh.. gue ngeliat Sisi tersenyum malu.
    Ehmm.. oke, ini waktuku !!!!!!!!!
    “ Siss.. loe mau gak jadi pacar gue?” nyata gue berani.
    Sisi terkejut menatap gue.. waduuhhhhh ..
    Akhirnyaa.. Sisi mengangguk tersenyum ke gue.
    “ Gyaaa ! gue seneng ...... !! “ seru gue memukul lengan Alvin
    “ Iyee seneng, jangan mukul gue giniii donk Ka.. ah loe, panci gosong gue goreng loe ntar. “
    Kami bertiga pun tertawa.
    Ending pun gue dapetin Sisi.. setelah penantian 2 tahun gue dapetin dia.. lega rasanya..
    Gue akan jadi yang terbaik buat loe Sis,, gue lebih baik dari dia.. gue akan berusaha ngebahagiain loe semampu gue dan dengan sok tau gue..
    Gue cinta sama loe.. :*

    THE END

    0 komentar

  • Harusnya Aku, Bukan Dia

    Harusnya Aku, Bukan Dia

    Teringat akan masalalu yang kita lewati
    Terasa indah, sejuk meresap didalam sanubari
    Walau duka sempat singgah, hadapi bersama
    Bahagia slalu dihatiku
    Kini hilanglah sudah kisah, tinggallah kenangan
    Saat dia datang, menghampirimu dengan segala janji
    Berikan sudah semua atas nama cinta
    Hapuskan cerita kita

    #Ingatkah kamu by asap band

    Setiap kali aku mendengar lagu itu, entah kenapa aku selalu teringat Saka. Yach, cowok itu adalah sahabat terbaikku semenjak aku duduk di bangku SMA. Terkadang banyak sekali teman-teman yang salah mengartikan hubungan kita, karena dimata teman-temanku, Tiwi dan Saka adalah dua sejoli yang saling mencintai dan saling menyayangi. Bagaimana tidak, hubungan persahabatan kita sering diwarnai kisah-kisah romantis yang spontan dan tidak sengaja sering kita pertontonkan didepan teman-teman sekelas.

    Saat itu Rizal temen sekalasku, menjahiliku dengan memasukkan kucing  di tas kesayanganku, aku nich benci banget sama kucing. Eh malah tuh anak masukin kucing di tas kesayanganku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menjerit dan melempar tasku jauh-jauh dariku. “waaaa… siapa yang naruh tuh kucing di tasku..?” gayaku sambil bertolak pinggang didepan kelas. “hahaha… Tiwi Tiwi, sama kucing aja takut, malu-maluin banget sih..!” jawab Rizal dengan mata jailnya. “ouw, berarti kamu yang njailin aku Zal” akupun langsung mnghampiri bangkunya “keluarin tuh kucing atau aku bakal laporin kamu sama anggota pelindung kucing. Biar kamu ditangkep tyuz dipenjara bareng kucing-kucing ganas yang udah pernah makan manusia..!” “hahaha… mana ada tuh kucing pemakan manusia. kebanyakan nonton film kartun nech.” “Rizal, aku gag mau tau yah. Sekarang keluarin tuh kucing dari tas kesayanganku. Cepet..!” “males banget, kluarin aja sendiri.” Gayanya

     sok cuek. Tak lama, Saka masuk kelas. “ada apa sih Wi..? jeritan kamu kedenger sampek kantin tuh, keras baget sih” “agh lebay kamu Ka, kantin sama kelas kita nih kan jaraknya jauh banget.” Jawabku dengan ekspresi sama sekali gag mood buat diajak bercanda. “kamu kenapa sih..?” “neh si Rizal, dia masukin kucing di tasku. Aku kan geli banget sama tuh kucing. Disuruh buat ngluarin tuh kucing malah gag mau. Njengkelin banget kan..!” gerutuku. Rizal yang saat itu ada di depanku malah senyum-senyum kayak orang gag punya dosa. “Apa`an sih kamu Zal, udah tau Tiwi benci banget yang namanya kucing. Pake acara njahilin dia sama kucing segala. Sekarang kluarin tuh kucing, atau kamu yang bakal aku buat kluar dari sini..!” ancam Saka dengan sok jantannya. “ya`elah Ka Ka, biasa aja kale`. Toh aku Cuma becanda.” “iya tapi becandamu kelewatan tau`…! Cepet kluarin tuh kucing..!” “iya iya…” jawab Rizal yang pada akhirnya menyerah dengan

     keteguhannya, dan saat itu aku yang masih memasang ekspresi ngambek langsung ditarik keluar kelas oleh Saka dengan menggandeng tanganku. Setelah diluar kelas “udah gag usah ngambek lagi, tambah jelek tau` kalau kamu masang muka kayak gitu…!” “masih kesel tau` sama si Rizal” “yaudah, Rizal udah ngluarin tuh kucing dari tasmu kan.” “tapi masih kesel Saka..” “Tiwi, Rizal kan Cuma becanda. Maafin dia yach..!” rayunya dengan nada sok manis. “Tiwi, senyum dong..! hmz..gag ada kaca yah..? liat tuh mukamu kalo pas lagi nagmbek gini jadi keliatan tambah jelek. Ayow senyum..!” dan akupun mengembangkan senyumku dengan terpaksa. “ih, senyumnya maksa gitu. Jadi tambah kayak badut tuch” akupun akhirnya mulai sebel plus sedikit geli mendengar guyonannya “apa`an sich kamu…!” responku sambil memukul lengan Saka secara perlahan dengan senyumanku yang mulai mengembang pastinya. “nah, kalo` senyum gini kan jeleknya jadi gag keliatan

     banget” “maksudnya, aku masih tetep jelek kalo udah senyum kayak gini.” “ea, itu kan udah ciptaan dari Tuhan Wi, jadi aku gag mungkin bisa bo`onglah. Beda sama aku, Saka yang udah dari sananya ganteng, meski dibagaimana`in juga tetep ganteng. hehehe” godanya kali ini. “ich, narsis banget sih kamu” jawabku sok cuek “halah, tinggal ngaku iya ajah susah banget sih. Ayow jawab iya dong..!” “gag, Saka jelek Saka jelek.. wlek…!” sambil menjulurkan lidahku dan aku berlari memasuki kelas, Sakapun juga mengikutiku dari belakang. Sesampai dikelas “Wi, akui dong kalo aku ganteng…” “gag agh, Saka tuh sekali jelek tetep jelek. Udah jelek narsis lagi” “Wi, apa susahnya sih bilang kalo aku itu ganteng..?”sambil memasang wajah dan nada suara yang sok melas “ya susahlah, orang kamu jelek kog” “agh, Tiwi gag asik. Ngambek deh ngambek” sekarang dia memasang ekspresi yang sok ngambek dengan bibir manyunnya “terserah lo…!”

     responku yang sekali lagi dengan menjulurkan lidahku. Tak sadar, ternyata saat kita berdua melakukan guyonan itu semua mata teman-teman sekelas tertuju pada kita berdua. “prasaan baru lima menit yang lalu si Tiwi ngambek tingkat berat dech. Kog sekarang jadi aneh gini sih.” Cletuk Sinta, teman sekelasku “yaelah, kayak gag tau mereka aja sih kamu Sin. Mereka kan udah ada udang dibalik rempeyek tuh” cletuk Rizal mulai ngajak perang lagi “Eh, apa`an si kamu Zal, prasaan dari tadi kayaknya udah mau ngajak ribut” komentarku kini. “udahlah Tiwi sayang. Biarin aja, mereka tuh syirik sama kita.” Nada Saka dengan sok lembutnya yang seakan-akan saat itu aku memang  -sesuatu- untuknya. “norak agh” “jiaah, kampungan lo” “waduh waduh, pusing dah” kini satu per satu teman-teman sekelasku mulai merespon ucapan Saka. Hmz, memang kampungan sih. Tapi bisa dibilang –sesuatu dech- hehehe.

    Saka memang orang yang paling bisa ngerti`in aku dibanding sama temen-temenku yang lain. Bahkan feelnya padaku selalu tepat sasaran. Suatu hari selepas pulang sekolah aku berjalan sendiri melewati kebun yang tak ter-urus keberadaannya, dipertengahan jalan ternyata aku dihadang oleh 2 preman yang tiba-tiba menodongku. “heh. Cepet kasih duit atau apapun barang berharga lo ke gue..!” bentak salah satu preman itu dengan menodongkan pisau siletnya ke arahku, sedang yang satunya memastikan kondisi disekitar kejadian. “e…e… bang…maaf, aku gag ada uang buat dikasih ke abang” jawabku dengan nada gugup karna ketakutan “lo kira gue gag tau kalo anak-anak yang sekolah di tempat lo itu anak-anak orang kaya. Ahg kelamaan lo” preman itupun langsung merebut tasku yang saat itu berusaha dengan sangat susah payah aku pegang sangat erat, dan langsung mengobrak-abrik isi tasku. Aku yang saat itu memang diposisi terjepit dan ketakutan, gag bisa melawan para

     preman itu, aku hanya bisa diam, takut, dan berdo`a berharap bala bantuan datang menghampiriku. Dan syukur ternyata Saka datang buat aku “woi, jangan beraninya sama cewek aja. Lagian percuma aja ngobrak-abrik tas itu sampek jelekpun kalian gag bakal nemuin barang berharga disana..!” teriaknya dengan lagak sok nantang para preman-preman itu. “siapa lo..? udah lo minggir sana, anak ingusan kayak lo sama sekali gag pantang buat nantang kita.” Bentak preman itu pada Saka “maaf ya bang, tolong balikin tas itu sama pemiliknya. Atau aku bakal ngambil tas itu secara paksa dari tangan abang..!” kini Saka terlihat begitu serius dengan ucapannya “lo kira gue takut apa sama lo..! sini maju lo…!” dan preman itupun menantang Saka untuk mengajaknya beradu kekuatan, hmz untung si Saka itu anggota ekskul bela diri, jadi dia dengan beraninya melawan dua preman tersebut dengan jurus-jurus bela dirinya, sedang aku yang melihat kejadian itu hanya bisa

     diam, syok, seakan aku merasa ini mimpi apa bukan sih…? Kog serem amat adegan berantemnya, jadi kayak sinetron-sinetron. Eh, lebih parah ding. Dan Saat itu aku benar-benar was was melihat Saka melawan dua preman tersebut, dan prasaan itu semakin bertambah parah karna salah satu dari preman tersebut membawa pisau silet yang tadi sempat digunakannya untuk menodongku. Beruntung tak lama sejak kejadian itu berlangsung, datang segerombolan teman-teman sekolahku dan sejumlah warga sekitar yang membantu Saka dan akhirnya bisa melumpuhkan para preman jalanan itu. “kamu gag papa Wi..?” Tanya Saka dengan penuh kecemasan, saat itu aku memang benar-benar merasa ketakutan hingga spontan aku langsung memeluk Saka dan menangis di dadanya “aku takut Ka” “udah-udah, premannya udah ketangkep kog. tuh preman bakal langsung dibawa ke kantor polisi kog. Jadi kamu tenang ya Wi.” Ucapnya sambil mengelus punggungku yang memang saat itu aku masih memeluk erat

     tubuh Saka. “udah ah, gag usah nangis gitu, jelek tau`..!” sambungnya sambil mengusap air mataku yang masih deras mengalir di pipiku “sekarang kita pulang, biar aku yang nganter kamu nyampek rumah” “hmz, makasih ea Ka” kini rasa takut itu berangsur mulai menghilang, dan akupun melepas pelukanku “iya, makanya lain kali kudu lebih hati-hati. Gag usah pake acara sok berani jalan sendiri ditempat sepi.” “iya deh iya, maaf. Janji deh gag bakal ngulangin lagi. Udah trauma ini” “ea jangan trauma juga Wi, ntar malah jadi aku yang repot kudu nganter kamu pulang pergi tiap hari gara-gara kamu trauma” gayanya mulai meledek “ya gag juga lah Ka, udah deh gag usah becanda, masih takut nih.” “iya iya, maaf. Yaudah yuk pulang..!” Sakapun menggandeng tanganku, sekali lagi adegan itu dilihat oleh beberapa teman-temanku yang berada ditempat kejadian perkara.

    Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian improv romantis  lainnya yang meyakinkan teman-temanku untuk berdalil “Tiwi dan Saka itu dua sejoli gag sih..?.”  dan selalu kami dengarn serempak menjawab “menurut loe..?” dan membiarkan teman-teman sekelas berdecak heran melihat tingkah laku kita berdua.

    Tapi itu hanya cerita lalu, saat Niken anak baru disekolah kita datang. Sebelum Niken menjadi satu kelas bersama aku dan Saka. Dan sebelum Niken perlahan merebut perhatianku terhadap Saka. Niken memang anak yang baik, pinter dan yang lebih mengagumkan lagi dia termasuk finalis gadis sampul dari salah satu majalah terkenal di Jakarta, jadi tak heran Niken selalu terlihat cantik dimanapun dan bagaimanapun kondisinya.

    Hingga Saka perlahan meniggalkanku demi menemani hari-hari Niken yang lebih berwarna. Dan saat itu pula aku merasakan Saka tidak menjadi sahabatku lagi, untuk lebih tepatnya cintaku yang selama ini terpendam yang tak berani aku tuk mengutarakannya kini telah meninggalkanku. Harus ku akui, kini aku mencintai Saka. Namun apa yang tengah aku rasakan saat ini, yang terjadi adalah keberuntungan sedang tak berpihak kepadaku, saat ku tahu ternyata Saka menyimpan asa besar yang terpendam untuk bisa memiliki Niken sang gadis cantik itu. Hingga pada akhirnya, Saka bisa mewujudkan keinginannya itu untuk bisa memiliki Niken, yah. Mereka jadian.
    Sedang aku, hanya bisa terpuruk meratapi penyesalanku akan rasa cinta yang bertepuk sebelah tangan ini. Hingga kini aku berusaha untuk melupakan cinta, rindu dan rasa sayangku terhadap Saka. Karena aku hanya bisa menjadi sebatas sahabatnya yang pernah hadir dalam kehidupan masa SMAnya.

    0 komentar

  • Aku Telah Pergi, Nina!

    Aku hanyalah manusia kerdil yang di pandang orang sebelah mata, aku hanyalah      manusia nista yang di caci maki orang di luar sana. Aku bagai sampah yang di        
    ludahi, di tindas, lalu di lenyapkan. Kala rintik hujan mulai turun kaki ku membaur darah di mana-mana, serpihan beling menancap pedih di dasaran kaki hingga terkadang tak ku lihat lagi darah segar yang bermuncratan dari kaki ku. Apa sebab? Karna darah ku telah bersatu dengan tanah yang ikut menjadi kawan pilu di setiap langkah ku. Aku ini hanya lah seorang pemulung kecil yang terpaksa terjun ke hamparan tanah dengan kaki telanjang dan baju setia yang selalu melekat di tubuhku.  Tak ada ibu apa lagi bapak. Aku bagai butiran telur yang di biarkan menetas sendiri, tak ada kehangatan yang menyelimuti, hanya setitik cahaya yang mampu menerangi jalan hingga aku seperti ini.
           Tapi aku masih bisa tersenyum manis di atas kepahitan yang mendera hidupku. Sebab aku tak sendiri, Tuhan memberi ku teman untuk menyusuri petualangan hidup yang sesempit ini. Nina mampu membuatku tersenyum meski sengaja luka ku harus terselubung. Ya, dia adik ku yang ikut merangrang duka bersamaku. Usia nya masih enam tahun dan aku empat tahun lebih tua dari nya, kami sepasang kakak adik yang terlantar dari orang tua, ibu ku telah pergi sejak iya memperkenalkan Nina ke dunia. Sedang bapak ku. Ah aku tak peduli? Karna iya pun tak peduli dengan aku dan Nina. Setelah empat tahun ibu pergi meninggalkan kami, bapak telah menemukan penggantinya. Secepat itu memang bapak melenyapkan ibu dari memory otak nya. Mungkin dia layak di sebut sebagai orang yang tak memiliki otak. Sebab kala adik ku memasuki umur empat tahun dengan seenak hasrat nya iya meninggalkan kami. Dan bayangkan, kala itu usia ku masih delapan tahun, di mana usia seperti itulah aku membutuhkan kehadiran sosok ayah. Aku memang tak menuntut kehadiran ibu kala itu, karna aku menyadari bahwa ibu tak akan mungkin kembali bersama kami.
        Aku melihat ibu pergi saat detik-detik kelahiran adikku, dan itu nyaris membuat hidup ku pupus. Meskipun usiaku sangat belia tapi aku merasakan kedukaan itu. Dan saat orang-orang mengangkat jasad ibu hingga memasukan nya ke tanah liat yang terkesan berbentuk balok itu, aku hanya bisa melihat nya dari atas dengan sesekali aku menitihkan air mata. Kecil-kecil saja aku telah di perlihatkan dengan kematian. Sungguh ironi memang! Kendati begitu aku tak pernah mengeluh pada kehidupan, aku jalani sekuat ragaku, sepanjang hembusan nafas ku. Hingga akhirnya aku membesarkan nina dengan kedua tangan ku sendiri, meski aku terlahir sebagai seorang lelaki tapi aku mengerti bagaimana cara mengurus adikku. Dengan pekerjaan ku yang hanya seorang pemulung, ku rasa aku mampu memberi sebungkus nasi untuk Nina. Meski terkadang aku rela tak makan karna nya. Aku menyanyangi Nina melebihi segala nya. Dia adik satu-satu nya yang aku punya hingga kini. Dan kami hidup di sebuah gubuk kecil di pinggiran jalan. Hanya gubuk itu satu-satu nya tempat yang dapat kami tumpangi, meski terkesan tak layak untuk di tinggali, tapi aku rasa itu sangat layak untuk aku dan Nina hidup untuk masa ke depan nya.
         Kala awan gelap turun lebih cepat dan langit jingga tak tampak lagi menyinari, hingga matahari kembali beradu di ufuk barat. Aku masih berjalan diiringi kegelapan, aku melangkah menyusuri sampah demi sampah yang menggunung. Mencari sesuap nasi yang akan ku bekali untuk adikku, Nina. Meski kini aku tak bersama Nina. Iya sengaja ku tinggalkan sendiri di rumah tanpa iya harus mencariku, karna dari sejak iya berumur empat tahun itu aku telah mengajarinya kemandirian tanpa bergatung pada orang lain.  Mungkin kini iya hanya sedang berbaring menunggu kedatangan ku. Aku tau kalau tindakan aku ini tak sepantasnya ku lakukan pada nya. Tapi apa lah daya, aku ini tak memiliki apa-apa, tak mengerti apa-apa, kecuali hanya mencari tumpukan sampah.   Aku pun berjanji pada nya akan pulang jika aku telah membelikan makanan untuk nya. Oleh karna itu, aku masih menyusuri jalan dengan kedua kaki ku yang telanjang tanpa alas. Dan aku Singgah dari tempat satu ke tempat lain, mengharap mendapatkan tumpukan sampah yang bernilai guna.
           Tak lama aku menyusuri jalan yang tajam ini, keranjang sampah ku terasa berat. Ku rasa ini sudah cukup untuk membelikan sebungkus nasi untuk Nina. Dengan hati sedikit lega, ku langkahkan kaki  untuk menukarkan sampah itu agar menjadi lembaran uang. Ya, aku melihat di seberang jalan ada pasar yang menerima sampah-sampah bekas seperti ini. Segera ku susuri jalan dengan hati yang senang. Namun aku merasakan gelagat lain, jantung ku tiba-tiba berdenyut kencang, kaki ku mendadak kaku, dan tubuhku terasa sangat dingin. Aku pun tak meneruskan langkah, aku berhenti sejenak di pinggiran jalan. Tapi mata ku tak tahan untuk segera menyebrangi jalan itu, aku terbayang sosok adikku yang menunggu kelaparan, hingga akhir nya  ku turuti kehendak mataku itu. Aku mulai menggerakan kaki ke ruas jalan. Dan apa yang ku dapat! Tiba-tiba sebuah mobil sedan berwarna biru metalik melaju dengan kencang nya hingga mampu membuat mataku menjadi suram. Aku seperti berada di depan cahaya yang teramat terang. Kaki ku kini menjadi mengeras bagai es di kutub utara, aku tak bisa bergerak, mata ku samar menatap, tubuhku mendadak lemas, dan aku terhempas. Semua orang berbondong-bondong menghampiri jasad ku. Aku melihat banyak mata memandang duka ke arah ku. Aku tak mengerti? Aku seperti telah terbang, kaki ku yang tadi nya bersentuh tanah kini tak ku rasa lagi. Badan ku terasa ringan. Aku pun mengawang, terbang ke atas langit. Pertanda apakah ini? Dimanakah aku sekarang? Dan sekelebat cahaya putih menghampiri ku. Wajah nya terlalu bersih berseri, iya mengenakan baju putih suci. Dia berkata padaku :
    Sekarang sudah waktunya kamu ikut bersamaku?
    Ikut bersamamu?
    Iya.
    Memang kita mau kemana?
    Kita akan menuju hidup yang abadi?
    Tidak! aku tak ingin ikut dengan mu, masih ada seorang adik yang sangat membutuhkanku, aku tak akan mungkin ikut dengan mu.
    Tapi ini sudah saat nya, kamu bukan lagi manusia seutuh nya. Kamu adalah roh yang keluar dari jasad mu itu? Kata nya sembari menunjuk ragaku yang terbaring bersimbah darah di tengah jalanan.
    Apa? Jadi aku telah mati?
    Ya.
    Tapi, berilah aku waktu untuk kembali menemui adik ku. Dia pasti sedang menungguku.
    Baiklah, tapi waktumu hanya sebentar.
          Aku pun segera berlari meski kaki ku tak menyentuh tanah, bisa di bilang aku seperti terbang. Sesampai aku di gubuk tua itu. Aku melihat sepasang bola mata yang sangat redup terpancar dari raut adikku. Aku coba mendekati nya hingga hasrta ku ingin sekali mendekap nya. Namun sia, tangan ku menembus badannya. Aku sedih, hingga aku menangis di hadapan nya. “Maafkan, aku dik! Aku tak bisa lagi menemanimu seperti dulu, Aku tak bisa lagi membelikanmu sebengkus nasi, kini dunia kita telah berbeda . Tapi aku janji akan selalu menjaga mu dari atas sana.” Aku berucap sembari minitihkan air mata. Aku merasa kehilangan sosok nya. Dan ku lihat adik ku seperti kelaparan iya meremas perut nya dan berbaring sampai akhir nya aku melihat jasad nya untuk yang terakhir kali. Dan aku kini telah pergi jauh mengangkasa.

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    BBS FAJAR SHOBIH™ Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan