• Posted by : Unknown Minggu, 07 Desember 2014


    Bel tanda pulang sekolah telah berbunyi. Semua siswa mulai melangkahkan kakinya keluar dari kelasnya masing-masing. Begitu juga dengan Arei yang keluar dari kelas XI IPA 3 langsung meluncur ke kelas XI IPS 1 kelas Riezka, sahabatnya sejak SMP.

    “Riez ayo cabut. Entar ke toko buku sekalian ya.” Kata Arei setelah berdiri di depan bangku Riezka.

    “Nggak bisa Rei, pulang sendiri aja ya.Riko pengen pulang bareng sama gue. Katanya ada yang mau 

    “Yah,,,,Riko lagi, kemarin juga gitu. Masak setiap pulang aku harus jalan sendiri?” tanyanya mulai jengkel.

    “Ya loe cari pacar dong. Jangan cuma bisanya belajar mulu. Hari gini nggak punya pacar, apa kata manusia? Nggak gaul deh loe. Udah ya Rei, Riko dah nungguin gue di parkiran nih. Daah sayang...” ucapnya sebelum meninggalkan Arei.

    Semua penghuni SMA Nusa tau persis siapa Arei. Gadis bernama lengkap Anarei Vinerose berkulit sawo matang dan berparas manis yang sering mengikuti segala event olympiade membuatnya cukup terkenal di SMA Nusa. Dan yang membuatnya lebih terkenal karena ia satu-satunya gadis populer yang belum punya pacar sendiri. Yang biasanya anak popular mempunyai segudang pacar, tapi Arei tidak satupun. Padahal banyak juga laki-laki yang menaruh hati padanya. Tapi baru ada cowok yang mau PDKT, Arei sudah ngacir duluan. Sampai-sampai semua anak SMA Nusa menobatkannya sebagai Miss Anti Pacaran.

    Sepanjang jalan Arei komat-kamit sendiri. Orang yang salah sangka bakal ngira kalau itu anak apa punya gangguan mental pada otaknya? Sampainya di rumah Arei langsung menghambur di atas tempat tidurnya.


    Kantin sekolah menjadi tempat favorit para siswa untuk mengisi kembali energi yang telah terkuras habis selama pelajaran di dalam kelas. Arei dan Riezka menikmati semangkuk bakso panas di bawah pohon cemara. Muka Arei masih tekuk-tekukan. Semalaman Arei nggak bisa tidur karena ada sesuatu hal yang mengganggu pikirannya.

    “ Rei kenapa loe? Lecek banget itu muka. Belum Loe setrika tadi pagi?” Kata Riezka setelah menyeruput es jeruknya.

    “ nggak kenapa-kenapa. Lagi bosen aja Riez.” Jawab Arei sekenanya.

    “ Sayang…..” dari kejauhan terlihat Riko memanggil Riezka.

    Arei tak habis pikir, kok ya mereka dengan santainya sayang-sayangan di depan umum, nggak malu apa ya.

    “ Nanti jangan pulang dulu ya, liat aku tanding basket. Aku butuh banget support dari kamu Say. Karena setiap ngeliat kamu semangatku semakin terpacu.” kata Riko setelah duduk di depan Riezka. Riezka hanya menganggukkan kepala dan tersenyum manis, tandanya dia mau.

    “Ihhcc gombal banget sieh kata-kata Riko. Riezka juga mau gitu aja, padahal Riezka sudah janji denganku sebelumnya.” batin Arei sedikit kesal.

     Arei memakan baksonya dengan kesal sehingga membuat Riezka dan Riko aneh melihatnya. “Pulang bareng lagi Riez, yah…. batal lagi kita ke Toko Buku GM.”

    “Nanti juga ada Dava lho Rei. Dia bakalan seneng kalau loe ikut nonton.” kata Riko pada Arei yang masih mengunyah baksonya.

    “So what??”

    “Dari pada ke toko buku mending liat Dava tanding.” Ujar Riko.

    “Itu kamu Ko, bukan aku.”

    “Kenapa loe nggak bisa peka dikit aja Rei. Dava itu kayaknya cinta mati sama loe. Harusnya loe itu bersyukur dicintai cowok kayak Dava. Itu kesempatan loe untuk punya pacar.” Jelas Riezka yang disertai anggukan kepala Riko.

    “Apa kamu ini punya kelainan ya Rei. Masak sama cowok kayak Dava nggak mau.” Tuduh Riko cuma bercanda.

    Arei tersedak mendengar candaan Riko. “Huuu… gila kamu Ko, gini-gini aku masih normal, masih suka sama cowok. Tapi sekarang aku lebih fokus ke sekolah dulu.”

    “Lagian kurang apa si Dava. Tampang OK, populer, terus kaya, iya nggak Say.” Jelas Riezka kembali yang juga disertai anggukan kepala Riko.

    Cowok yang sedang dibicarakan kini melangkahkan kaki menuju tempat Arei, Riezka, dan Riko. “Wah ngumpul-ngumpul nggak ngajak-ngajak Loe Rik.” Katanya basa-basi.

    “He.emb Riez emang dia kaya…..Kaya Monyet.” Sambungnya kembali sembari meninggalkan Riezka dan Riko.

    Dava yang baru datang nggak mengerti apa maksud perkataan Arei. “Arei kenapa sih nggak mau gue deketin. Bantuin gue dong Riez, loe kan sohibnya.”

    Riezka dan Riko hanya mengangkat bahu.
                                                                                  -- 

    Akhir-akhir ini Arei sering melamun sendiri. Perkataan Riezka membuat syaraf otaknya agak terganggu. Arei malah jadi malas belajar dan kerjaannya setiap malam hanya berdiri di depan kaca. Ngomong dengan bayangannya sendiri. Dan omongannya selalu sama.

    “Aku pantes nggak sieh punya pacar. Salah nggak sieh?” tanyanya pada bayangannya sendiri.

    “Kayaknya sieh pantes-pantes aja. Tapi nanti gimana dengan sekolahku? Gimana kalau nilai ku merosot?”

    “Tapi kata Riezka ada benernya juga. Masak aku belum punya pacar juga. Apa aku coba deketin Dava aja kali yaa???”

    “Haaaaahhhh....... aku pengen punya pacar, tapi aku takut pacaran....” teriak Arei tanpa sadar.

    “Arei... tidurrrrrrr!!!!!!” teriak mama Arei dari ruang keluarga.

    Mendengar teriakan mamanya Arei segera naik ke tempat tidurnya, tapi sebelumnya Arei menulis di selembar kertas yang kemudian di tempel di meja belajarnya.

    “ Pokonya itu targetku kali ini!!” ucapnya sebelum menutup matanya.

                                                                                       --

    Pagi ini Arei nggak sempat sarapan di rumah. Sampai di sekolah ia langsung ngacir ke kantin mengisi perutnya yang sedari tadi berteriak minta makan. Di kantin Arei bertemu dengan Dava. “Kesempatan” batin  Arei.

    Tapi begitu Dava duduk didekatnya, Arei malah berdiri meninggalkannya dengan muka kesal. Rasa ilfeel itu kembali muncul.

    “ Aduh kenapa aku begini sieh? Dia udah ngedeketin aku, tapi akunya malah lari.. bego’ banget.” Ucap Arei menyalahkan dirinya.

    Ketika sampai di kelasnya Arei terkejut dengan keadaan kelas yang tenang. Dilihat teman-temannya belajar dengan serius.

    “ Emang ada ulangan hari ini, Sa?” Tanya Arei kepada Nisa teman sebangkunya.

    “ Arei,…., kamu lupa kalau bu Mega bilang akhir-akhir ini sebelum semesteran akan diadakan ulangan fisika? Hari ini kan ada pelajarannya Rei.” Terang Nisa kaget melihat sikap Arei yang tidak seperti biasanya.

    Arei sama sekali tidak ingat kalau bu Mega pernah bilang begitu. Akhir-akhir ini dia juga malas belajar. Arei  mengeluarkan bukunya dan segera menghafalkan rumus-rumus fisika. Belum lima menit belajar, Bu Mega datang dan menyuruh semua siswa memasukkan buku catatan mereka ke dalam tas.

    “10 soal essay harus di kerjakan dalam waktu 45 menit. Menurut Arei soal tersebut sangat susah, padahal soal seperti itu di ulangan –ulangan sebelumnya sangat mudah ia kerjakan. Sampai menit ke 20 Arei baru mengerjakan 3 soal dari 10 soal tersebut. Hampir separuh dari temannya di kelas sudah mengumpulkan lembar jawabannya. Tinggal beberapa anak yang belum mengumpulkannya, termasuk Arei. Rumus-rumus fisika yang ada di otaknya serasa hilang dan berganti dengan rumus-rumus cinta yang tak tau dari mana asalnya.

    Saking pusingnya menjawab soal ulangan, Arei malah mencoret-coretnya dengan tulisan yang acak-acakan. Nisa yang melihatnya merasa aneh. Nggak biasanya Arei sampai sebingung ini menjawab soal ulangan, sekalipun ia nggak belajar.

    “ Rei kurang 10 menit waktunya.” Kata Nisa pelan, mengingatkan Arei yang masih asik mencoret-coret jawabannya.

    “ Hahhc,..,” Arei makin panik nggak tau harus diisi apa lembar jawabnya.

    Waktu habis. Terpaksa lembar jawab ulangan Arei harus dikumpulkan. Hanya 5 soal yang baru di selesaikannya. 5 soal lainnya masih belum terjawab. Bu Mega yang melihat lembar jawab Arei hanya menggelengkan kepala, tak percaya siswanya yang biasanya mendapat nilai paling bagus di kelas, akhir-akhir ini sering mendapat nilai yang begitu memalukan.

    “ Arei, kenapa nilai kamu jadi buruk begini? Bukan hanya di pelajaran saya, tapi di pelajaran guru yang lain juga. Kalau kamu nggak bisa mempertahankan nilaimu, tahun ajaran berikutnya kemungkinan beasiswa kamu akan dicabut.” Terang bu Mega mengingatkan Arei.

    “ Iya bu, saya akan berusaha belajar lebih giat lagi.” Saantero kelas memandangi Arei dengan muka bingung.

    Nisa yang ada dibangkunya, masih menunggu penjelasan dari Arei. “ Rei, kamu kenapa?”

    “ Aku lagi bingung dengan diriku sendiri. Dengan perkataan Riezka juga. Katanya aku ini nggak gaul. Sampai sekarang aku nggak punya pacar, padahal aku punya kelebihan yang begitu banyak. Tapi rasanya aku takut punya pacar, karna aku takut saat aku pacaran banyak sifat dari diriku yang berubah.” Jelas Arei menceritakan semua beban yang ada di otaknya kepada Nisa.

    “ Memang sieh Rei pacaran itu menjadi hal wajib bagi remaja sekarang. Tapi hal itu nggak berlaku buatku. Aku sama sepertimu, aku kepingin punya pacar tapi aku takut ada yang berubah dengan diriku. Sekarang gini Rei, kita masih pelajar jadi kebutuhan kita nomer satu adalah belajar. Menurut kamu jika kamu pacaran akan membawa pengaruh negative, membuat kamu hancur, lebih baik tidak usah saja, mantabkan diri kamu dulu. Lagian Rei kata Riezka itu belum tentu benar, kalau nggak punya pacar itu nggak gaul. Kamu bisa jadi gaul tanpa pacaran, dengan cara meningkatkan prestasi kamu di sekolah.” Nasehat Nisa kepada Arei.

    Arei menimbang-nimbang perkataan Nisa.“ Mungkin nasehat kamu ada benarnya juga. Mending aku lebih meningkatkan prestasiku, daripada pacaran. Belum pacaran aja aku udah drop begini, apalagi ntar pas pacaran beneran, bisa-bisa nilaiku semakin jelek dari yang ini.”

    “ Jadilah diri kamu sendiri, karna hanya kamulah yang dapat memahami dirimu sendiri. Dengarkan hati kamu sendiri.” Kata Nisa lagi yang kemudian di sambung dengan tawa kecil Arei.

    Nisa memang beda dengan Riezka. Riezka yang sahabatnya malah menyuruhnya pacaran, tapi Nisa yang hanya teman sebangkunya menyuruhnya ke hal yang positif. Sekarang tekanan yang ada di pikirannya agak berkurang.

    Nggak disangka Arei sebelumnya. Keluar dari kelas Arei dikejutkan dengan sosok Dava yang berdiri di samping pintu dan menarik tangannya.

    “Mau ngobrol bentar aja. Boleh ya…” ucap Dava memohon.

    Kali ini Arei tidak lari lagi. Dia menganggukkan kepala dan tersenyum. Mereka berjalan di teras dekat taman sekolah.

    “Mau ngomong apaan Dav?”

    “Kamu tau kan kalau aku suka sama kamu. Kenapa sih kalau aku mendekat kamu selalu menjauh. Kalau kamu nggak suka sama aku ok, nggak apa, asalkan kamu jangan ngehindar dari aku. Setidaknya aku bisa jadi temanmu kalau aku nggak bisa jadi pacarmu.” Terang Dava panjang lebar yang membuat Arei sedikit malu.

    Gimana nggak, selama ini emang sikap Arei jadi aneh semenjak Dava bolak-balik nembak dia.

    “Hhehe.. maaf Dav, kalau sikapku buruk. Tapi semua itu aku lakuin karena ilfeel sama kamu yang selalu nembak aku. Sekarang ini aku bener-bener focus sama sekolah, kamu bisa ngerti kan. Aku mau temenan sama kamu yaa asalkan nggak ada acara tembak-tembakan lagi.”

    Dava bisa mengerti itu. Jadi teman sudah cukup baginya, daripada harus dijauhi Arei yang setiap kali bertemu dirinya langsung ngabur.

    Akhirnya masalah ini terselesaikan, lega rasanya. Tanpa pacaran kayaknya dia masih bisa hidup. Kertas kecil yang tertempel di meja belajarnya sekarang berganti dengan kertas lain. Target yang lebih menjamin di masa depan ketimbang pacaran.

    Kini perkataan Riezka tentang pacaran dianggap angin lalu bagi Arei. Sekarang yang ada di pikirannya cuma ada kata-kata Nisa yang menyuruhnya menjadi diri sendiri.

    Biarpun kelihatannya kayak anak kuper, nggak elit karena nggak punya pacar, itu nggak jadi beban buat Arei.

    “ Nggak punya pacar?? No problem. I’m single I’m very happy ” ucap Arei di depan kaca sambil merobek kertas yang berwarna pink.

    dia tunjukin ke gue. Masak gue tolak, kan kasihan dia.” jawaban yang sama setiap kali Arei mengajaknya pulang bareng.

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    BBS FAJAR SHOBIH™ Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan