• Posted by : Unknown Jumat, 11 Mei 2012

    Findy menatap rintikan hujan yang semakin lama semakin deras. Dia tertahan di sekolahnya karena hujan yang tak henti sedari tadi. Dari kelas ia bisa melihat keadaan lapangan yang basah dan beberapa anak bermain basket di sana. Findy memperhatikan Bagus dan teman-temannya yang bermain basket di tengah rintikan hujan.



                    Findy memberanikan diri untuk keluar kelas dan melihat lebih dekat. Bagus menatap Findy dengan bingung. Findy sadar bahwa Bagus melihatnya memperhatikan dia. Findy mencoba mengalihkan pandangan dan kembali masuk ke kelas.

                    ‘Duh, apaan sih gue! Ngapain sih gue ngeliatin kakak kelas tengil itu!’ batin Findy.
                    Selama ini Findy selalu mengejek teman-temannya yang menyukai Bagus, kakak kelasnya. Tapi, akhir-akhir ini justru Findy sering memperhatikan Bagus.

    ‘Jangan-jangan gue suka lagi sama dia? Ah tapi masa iya? Engga mungkin! Tapi emang ganteng sih, keren, ketua osis, jago main basket, dan idola semua sahabat gue! Tapi, masa gue suka sama orang yang macam begitu sih?’ batin Findy.

    Tiba-tiba bola basket masuk ke kelas, tepat di samping kaki Findy yang sibuk menatap papan sambil memikirkan Bagus. Findy menunduk dan menganbil bola itu, ia kembali ke posisi awal dan melihat Bagus berdiri tepat di depannya.

    “Sini bolanya!” kata Bagus, ketus.
    “Bola basket harusnya di masukkin ke ring! Bukan ke kelas gue!” ledek Findy.
    “Eh anak kecil ngeledek! Baru kelas 8 kan lo? Siapa sih lo? Fi,,, Fin,, Findy ya?” kata Bagus.
    “Lo tau nama gue?”
    “Siapa sih yang gak tau nama cewek fenomenal kayak lo? Lo terkenal banget dek! Banget!”
    Findy menatap Bagus bingung .
    “Semua sahabat gue udah pernah lo sakitin kan? Hebat banget ya anak kecil seperti lo ini bisa buat tiga temen gue nangis”
    Findy baru menyadari kalau yang di maksud Bagus adalah Rio, Reno, dan Rifky sahabat Bagus yang juga bermain basket tadi. Tiga orang sahabat Bagus itu sangat menyukai Findy tapi, Findy tidak pernah merespon apapun. Findy tidak suka dengan tiga sahabat Bagus yang sebenarnya juga idola sahabat-sahabat Findy.
    “Cowok nangis? Oh, jadi cowok-cowok seperti kalian itu kerjaannya nangis ya kalo di tolak” kata Findy, sedikit menghina.
    “Mereka cuma mau perasaan mereka dihargain sedikit! Dasar cewek bodoh! Gue berani taruhan. Gak aka nada cowok yang suka sama lo lagi! Lo itu terlalu jahat!” bentak Bagus.
    “Eh! Jangan sok tau ya! Gue selalu nganggap mereka temen, mereka aja selalu ngarep lebih! Dari pad ague terusin dan jadi PHP mendingan gue tinggalin!”
    “Oh ya? Gue gak peduli!” Bagus keluar kelas.
    Findy mengambil tas-nya dan segera pulang.

    ***

    Findy membaringkan tubuhnya di sofa kamarnya. Ia memeluk boneka babi kesayangannya.
    ‘Apa gue jahat nolak tiga orang itu mentah-mentah? Tapi kan, emang perasaan gak bisa di paksa! Tapi kok Bagus gak suka banget ya sama gue?’ batin Findy.
    ‘Kalo gue suka sama Bagus, berarti gak ada harapan buat dia punya rasa yang sama! Mengenaskan banget sih hidup gue! Kenapa harus suka sama si Bagus sih? Kayaknya banyak deh yang lebih baik! Ini pasti karna gue terlalu sering denger semua tentang dia dari sahabat gue!’
    “Ndy! Udah minum obat belum?” terdengar Jeritan Ibu Findy.
    “Iya, nanti Ndy minum obat mah!” jerit Findy.
    Findy menatap sejenak boneka babinya, memeluknya, menaruhnya di sofa dan pergi meninggalkannya.

    ***

    “Ren, Rif! Gue sms Findy dari tadi gak dia bales! Kemana ya? Biasanya walaupun singkat dan nyakitin tapi di bales!” kata Rio.
    “Gue sms dia juga gak di bales!” Kata Rifky dan Reno mengangguk.
    “Kalian tuh sakit jiwa ya? Udah di sakitin gitu masih aja ngejar-ngejar bocah itu! Banyak guys, yang mau sama lo semua! Sadar dong! Findy itu gak lebih dari bocah labil!” kata Bagus.
    “Gak bisa gitu! Gue cowok! Gue harus ngejar cinta sejati gue!” kata Reno.
    “Tapi lo jatuh cinta sama orang yang salah!” kata Bagus.
    “Kenapa sih lo gak suka banget sama Findy?” kata Rio.
    “Jelas lah! Apaan sih bagusnya tuh cewek? Sombong! Belagu! Gak cantik-cantik banget juga, gak terlalu pinter, gak fashionable! Gayanya aneh! Tingkahnya aneh! Berkacamata gitu, suka fiksi! Suka ngarang cerpen yang unjung-nya sad ending! Suka baca buku yang tebelnya bukan main dan gak bergambar! Apaan coba tuh cewek? Aneh!” kata Bagus.
    “Ternyata Findy bisa juga ya naklukin hatinya Mr.Bagus yang agung ini!” ledek Rifky.
    “Apaan sih Rif? Saiko lu ya?” bentak Bagus.
    “Lo itu memperhatikan semua tentang Findy! Dan, pasti lo juga suka kan sama Findy?” ledek Reno.
    “Dih! Gue? Suka sama cewek kayak dia?”
    “Ternyata lo tuh bocah banget ya! Lo gak sadar kalo lo suka sama Findy?” kata Rio.
    Bagus terdiam.
    “Kapan sih terakhir kali lo jatuh cinta? Lo tuh tampang doang ya keren, tapi beginian aja gak ngerti!” kata Rifky.
    “Kalian kok jadi ngelantur gini sih?”
    Bagus berdiri, berfikir sejenak, dan kembali duduk.
    “Kalo gue suka sama Findy beneran gimana dong?” Bagus panic.
    “HAHAHAHA” serentak sahabatnya tertawa.
    “Eh, bro! Gua serius!”
    “Nyatain lah!” kata Rio.
    “Lo semua aja di tolak! Ogah ah!”
    “Eh, lo cowok bukan sih? Masa cowok takut di tolak?” ledek Rifky.
    “Iyaya!  Besok gue tembak deh di sekolah!”
    “Ternyata, selama ini ngelarang kita suka sama Findy dia juga suka toh sama Findy!” ledek Reno.
    Mereka tertawa dan berbagi cerita bersama menghabiskan sore yang sejuk dan lembab.


    ***

    Matahari menyinari pagi hari, udara sejuk menebarkan kebahagiaan pada pagi hari ini. Bagus yang datang terlambat tidak langsung masuk kelas. Melainkan ke kelas Findy terlebih dahulu.
    “Misi, Findy ada gak?” Tanya Bagus pada salah seorang yang sedang membersihkan kelas.
    “Findy hari ini gak masuk kak! Tadi ada surat dari dia, katanya dia sakit!”
    “Sakit apa ya dek?”
    “Gak ngerti deh kak!”
    “Oh, kamu tau rumahnya gak?”
    Seseorang itu mengambil kertas dan pulpen, dan segera mencatat alamat rumah Findy. Ia member kertas itu pada Bagus.
    “Makasih ya dek” Bagus keluar kelas.
    ‘Findy sakit apa ya? Gue ke rumahnya sekarang atau pulang sekolah aja ya? Lebih cepat lebih baik! Ninggalin jam pelajaran sebentar gak akan jadi masalah’ batin Bagus.

    ***
    Bagus melihat Findy terbaring dengan wajah pucat. Findy melihat Bagus dan wajahnya ber-seri. Bagus tersenyum dan Findy membalas senyumannya.
    “Kenapa? Kenapa lo gak sekolah dan kenapa lo ke sini?” Tanya Findy.
    “Gue tadi sekolah, tapi kata temen lo, lo sakit jadi gue ke sini!”
    “Peduli banget lo! Bukannya lo benci sama gue?”
    “Salahkah seseorang jatuh cinta kepada orang yang dia benci?”
    “Salah! Kenapa harus benci?” kata Findy.
    “Udahlah, intinya gue sadar rasa benci gue yang keterlaluan itu buat gue jadi naksir berat sama lo!”
    “Gue juga!” kata Findy.
    “Lo mau gak jadi…” belum sempat Bagus menyelesaikan kalimatnya, Findy memotongnya.
    “Lo harus move on! Lo gak boleh suka sama gue!” kata Findy.
    “Loh? Kenapa? Gue minta maaf selama ini salah sama lo, salah nilai lo!”
    “Bukan itu, gue gak akan bisa nemenin lo!”
    “Kenapa? Kalo lo gak mau pacaran juga gak apa-apa kok, gue gak maksa!”
    “Bagus, waktu gue gak lama lagi! Gue gak akan bisa ngeliat lo lagi!” Findy menangis.
    “Maksudnya?”
    “Gue sakit! Gue gak bisa hidup normal! Mungkin ini minggu-minggu terakhir gue!”
    “Kenapa lo bisa bilang gitu?”
    “Dokter udah fonis gue!”
    “Ndy! Dokter itu bukan Tuhan!”
    “Bagus, gue gak mau ngeliat lo lagi!”
    Bagus terlihat sedih dan kecewa.
    “Ndy! Hidup ini kenyataan! Bukan kayak cerpen lo! Lo gak akan mati! Lo akan hidup melawan penyakit lo itu!”
    “Please, gue mau lo pergi”
    Bagus keluar meninggalkan Findy.

    ***

    #1 minggu kemudian
    “Gue nyesel terlalu munafik sama perasaan gue sendiri! Gue nyesel baru sadar akan perasaan ini! Gue nyesel nilai lo sebelum bener-bener kenal sama lo! Gue baru sadar, lo itu bukan aneh! Tapi, lo itu beda” kata Bagus dengan penuh penyesalan sambil memandangi nisan yang bertuliskan ‘Findy Leynathan’.
    “Tapi, setidaknya gue bahagia pernah tau kalo di dunia ini ada orang ber kepribadian beda seperti lo! Gue yakin lo orang baik! Gue yakin lo di terima di sisi Tuhan”
    Bagus meninggalkan taman pemakaman dan tersenyum menatap langit yang cerah.

    0 komentar

  • Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    BBS FAJAR SHOBIH™ Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan