- Home>
- New , Persahabatan >
- Sahabat kecil ku
Posted by : Unknown
Jumat, 11 Mei 2012
“Besok kalo udah gede kamu pulang lagi ke Indonesia ya..nanti kita main lagi...”
“iya...aku pasti pulang ke Indonesia lagi kok ! nanti aku cari kamu,kita main lagi ya....”
“iya....”
************************
Percakapan itu terjadi 10 tahun yang lalu,saat umurku masih 4 tahun dan lawan bicaraku masih berumur 5 tahun . Namaku Ghea , Ghea Rosita Primadani Hanindya , aku anak pertama dari 2 bersaudara , aku lahir di Indonesia dan tinggal di sana hingga usia ku 4 tahun . Menjelang usiaku yang ke-5, ayahku dipindah tugaskan ke Barcelona , menjadi duta besar disana . 12 tahun yang lalu aku berjanji pada sahabat kecilku , untuk menemuinya jika aku besar nanti. Jelas aku harus memenuhi janjiku , jadi aku meminta izin pada ayahku untuk pulang dan tinggal di Indonesia. Awalnya,ayah dan bunda tidak menyetujui ide ku , tapi kakak laki-laki tertuaku bersedia menemaniku tinggal di Indonesia. Akhirnya aku boleh tinggal di Indonesia, dengan berbagai syarat yang diberikan orang tuaku.
Hari
pertamaku menapakkan kaki di Indonesia, setelah sekian lama tak pernah
kuhirup lagi udara di Indonesia yang penuh polusi [hahaha].
“Ghe...kenapa senyum-senyum sendiri ?” tanya kakakku. Aku menoleh menatap wajah kakakku yang tampak kebingungan.
“Ngga papa kok kak...eh tuh ada taksi , ayo kak...”ujarku menarik lengan kakakku yang kerepotan membawa koper-koper kami yang bejibun.
Taksi kami melaju ke sebuah perumahan di Puri Bimasakti, tempat kakakku membeli rumah untuk tempat tinggal kami. Kakakku seorang dokter anak,jadi dia ingin membuka praktek di perumahan itu. Rumah model minimalis dengan 3 kamar yang sangat asri. Hari ini hariku untuk beberes rumah. Aku memilih kamar di atas dekat jendela, agar aku bisa melihat keluar tiap kali aku bete. Saking lelahnya, aku sampai ketiduran saat aku menata album fotoku. Album foto yang berisikan fotoku dengan Farrel,sahabat kecilku.
“Ghea....kamu udah balik ke Indonesia ya...”
“kamu siapa ?”
“aku kan sahabat kecilmu,masa kamu lupa ?”
“uhmmm....Farrel ??”
“temui aku yaa Ghe....”
“tapii.....dimana ??” Bayangan itupun hilang,bersamaan dengan suara kak Adam yang mencoba membangunkanku.
“Ghea...bangun,mandi dulu sayang,habis ini kakak mau ajak kamu ke restaurant punya sahabat kakak” panggil kak Adam. Aku menggeliat, berdiri dengan malas dan beranjak ke kamar mandi. Setelah ritual mandi yang cukup lama dan sholat maghrib, aku menyusul kak Adam yang sudah di Vios hitamnya.
“sudah siap sayang ?” ujarnya
“sudah kak,ayo berangkat” ajakku. Mobil pun melaju perlahan, kak Adam memang bukan cowok yang suka kebut-kebutan seperti kak Ziddane, kakakku yang kedua. Kak Adam jelas seratus kali lebih lembut ketimbang kak Ziddane yang ugal-ugalan. Aku memutar lagu yang ada di tape mobil kak Adam. Mengalunlah lagu dari dara manis Gita Gutawa, aku terhanyut dalam lagu yang berjudul Sahabat Kecilku itu. Aku teringat Farrel, apa kabar dia sekarang ya ? Masihkah dia ingat aku ? Masihkah dia jadi malaikat pelindungku ? Oh God.....I Really miss Him !!!
“udah sampai dek....”ujar kak Adam membuyarkan lamunanku. Aku terhenyak dan menyusul kakakku yang sudah duluan keluar meninggalkan mobil. Aku dan kak Adam memilih tempat duduk yang dekat dengan kolam ikan. Sementara kak Adam sibuk ‘temu kangen’ dengan sahabatnya, aku sibuk memperhatikan sekeliling suasana restoran yang cozy ini.
“Kak,boleh aku berkeliling ?”ujarku pada kak Danny si empunya restoran ini.
“Boleh saja Ghea,kalau butuh apa-apa bilang sama pelayan disini aja ya !” ujar kak Danny.
“Pasti kak !!” sahutku cepat. Aku pun beranjak dari dudukku dan mulai mengelilingi restoran ini. Saking asyiknya aku melihat-lihat, tanpa sengaja aku menyenggol lengan seorang cewek yang kira-kira seumuran denganku hingga tas tangannya terjatuh.
“aduh...maaf ya...aku ngga sengaja...” kataku sambil mengambilkan tas tangannya.
“eh !! kalo jalan pake mata ya !!!” ketus cewek itu.
“aduh...jalan kan pake kaki,bukan pake mata ??? maaf ya,maaf...”pintaku
“wah nyolot kamu ya !!!!” ujar cewek yang dandanannya menor itu.
“udah lah Sya!!!apaan sih kamu tu!!” ujar cowok yang ada disampingnya.
“tapi sayang.....”
“udahlah!!! Ehmm,maaf ya udah bentak-bentak kamu” ujar cowo itu sambil tersenyum dan menatapku. Senyuman itu,tatapan itu seperti sudah kukenal, tapi siapa?
“yap !! thats okay !!” balasku
“kami duluan ya...”pamit cowok itu.
***************************
Hari pertama masuk sekolah, kak Adam mengantarku dengan Vios kebanggaannya. Di mobil, aku tak bisa berhenti membayangkan senyum dan tatapan mata itu, semakin penasaran untuk menemuinya lagi, tapi bagaimana caranya ? namanya pun, aku tak tahu. Gerbang SMA Global Indonesia sudah di depan mata. Sebuah sekolah yang tak kalah dengan sekolah di Barcelona dulu, meskipun suasana sekolahku jauh lebih tenang dan bangunannya jauh lebih megah. Aku melangkahkan kaki keluar dari mobil, saat sebuah jeep berwarna hitam melewati mobil kak Adam, sebuah jeep yang penuh sesak dengan 5 orang cowok keren dengan dentuman lagu rock milik Avenged Sevenfold. Aku hanya menatap mereka miris..sangat miris...mana mungkin seorang remaja Indonesia bersikap seperti anak-anak genk jalanan di Amerika seperti itu ?. Aku memasuki sebuah kelas di depan lapangan basket. GRADE X 3 CLASS,begitu tulisan di papan kelas itu. Sebuah kelas yang penuh dengan anak-anak yang cukup mengasyikkan.
“Ghea Rosita Primadani Hanindya, panggil saja aku Ghea...” ujarku saat disuruh memperkenalkan diri di depan kelas. Sambutan hangat dari teman-teman baruku membuat semangat di hari pertamaku bersekolah di Indonesia.
Jam istirahat tiba, Indy, teman sebangkuku sekaligus sahabat baruku mengajakku keluar kelas.
“kamu mau?” ujar Indy menawariku Diet Coke. Aku menerimanya dan tersenyum.
“Gracias Ndy...”. Indy mengangguk dan duduk disampingku.
“Kamu udah lama ya di Barcelona?” tanya Indy
“yap....10 tahun,tapi jujur aku sangat merindukan Indonesiaku ini” jawabku.
“wah...kamu emang putri daerah !” sahutnya. Aku tertawa kecil, lalu kami sibuk memperhatikan anak-anak cowok yang sibuk main basket, mereka terlihat cool, sampai aku teringat dengan Paul, sahabatku di Barcelona yang MVP Basketball.
“Ghe....aku mau ke toilet, kamu...”
“Aku disini aja yaa,,,,bening nii liat cowok-cowok” candaku, Indy tertawa, memamerkan lesung pipinya.
“Ya sudah aku duluan ya...” Aku mengangguk, dan Indy meninggalkanku pergi. Aku kembali melamun, hingga seorang cowok melempar bola basket dan mengenai kepalaku, akupun terjatuh dari dudukku. Beberapa orang mengerumuniku, tapi sedetik kemudian aku tak bisa melihat apapun di sekelilingku. Saat tersadar, aku hanya bisa mendengar suara Indy dan seorang cowok.
“ Alhamdulillah.....”ujar Indy
“kamu ngga papa?” ujar cowok itu. Aku hanya bisa mengangguk sambil memegang kepalaku yang masih terasa pusing.
“Ghea pulang aja yaa, biar Baim yang anter kamu” pinta Indy
“Tapi.....” ujarku dan cowok yang dipanggil ‘Baim’ itu bersamaan.
“Tapi apa?kamu dulu deh yang ngomong Ghe....”ujar Indy
“Ini hari pertama ku sekolah,masa aku bolos??”ujarku
“Emang ngga boleh? Trus kamu mau ngomong apa Baim?”
“Aku ada presentasi Geografi”
“Ah !!! tak ada alasan !! pokoknya kamu harus tanggung jawab !!! kamu yang bikin Ghea pingsan!!” bentak Indy. Akhirnya dengan terpaksa, aku harus ikut Baim pulang dengan jeep hitam yang tadi pagi membuatku tertegun.
“Ini mobil kamu?”tanyaku
“Ya! Kenapa?ngga suka?” jawabnya ketus
“Bukan gitu....”
“Sudah ayo naik!!” Aduh....mimpi apa aku semalam sampai harus satu mobil dengan cowok jutek kaya gini. Sepanjang perjalanan kita sama sekali tak berbicara sepatah katapun, bahkan cowok jutek ini, dengan teganya membiarkan sakit kepalaku semakin menderita dengan lagu rock dari audio mobilnya. Mataku tertuju pada sebuah bungkusan di dashbord, aku mengambilnya, dan memperhatikan tulisannya ‘A Mild’ !! Ya Allah, cowok ini masih SMA tapi udah ngerokok ?.
“Ehm Baim....kamu..”akhirnya kuberanikan diri bertanya. Baim menoleh dan merampas bungkus rokok dari tanganku.
“Ngapain sih????”bentaknya
“Aku kan cuma mau nanya??”ujarku setengah takut
“Iya !!! aku ngerokok,emang kenapa?ada masalah???” Baim semakin meninggikan volume bicaranya. Aku semakin menunduk,aku benar-benar takut, jangan-jangan cowo ini phsyco? Hii.......
“Sory Ghe, aku lagi emosi” Baim mulai memelankan suaranya dan mematikan lagu rocknya. Aku mengangguk.
“Ghe, kalau kita ngga langsung pulang, gimana? Aku mau ke tempat dimana aku biasa nenangin diri.” Ujar Baim
“Boleh, lagian ngga ada orang dirumah”jawabku. Mobil Baim pun melaju cepat dan berhenti di sebuah lapangan hijau yang sangat luas, lapangan yang sangat indah, lapangan yang di tengahnya ada sebuah pohon besar. Ya, ini lapangan dimana aku dan Farrel sering bermain dulu. Bagaimana mungkin Baim juga menyukai tempat indah ini ?? Bagaimana mungkin dia tahu tempat indah ini ?. Aku mengikuti langkah Baim ke pohon besar yang ada di tengah lapangan hijau ini. Baim mengeluarkan rokoknya dan menghisapnya perlahan. Aku duduk disampingnya, memerhatikan segala tingkah polahnya yang ngga karu-karuan. Cowok kurus yang satu ini benar-benar membuatku merasa heran. Entah kenapa setiap dia tersenyum atau saat dia menatapku, aku merasa sudah lama mengenalnya, padahal jujur baru hari ini aku mengenalnya.
“Ngapain ngeliatin aku kayak gitu !” suaranya membuatku menunduk dan menggeleng takut.
“Kamu naksir aku??” aku tersentak mendengar ucapannya, geer banget ni cowok, mana mungkin aku naksir cowok yang baru aku kenal.
“Ngga, aku cuma mau ngajakin pulang aja, udah sore, nanti kakakku nyariin aku.” Ujarku perlahan.
“Dasar cewek manja !! udah kelas 3, pulang sore aja masih dicariin??ya sudah,ayo pulang !!!”ujarnya sambil berdiri. Aku menyusul langkahnya dengan sedikit berlari.
Baim mengantar sampai depan rumah, tanpa berkata apapun dia langsung pergi, aku ngga pernah tahu apa yang ada dipikiran cowok kurus jelek satu itu, yang aku tahu, senyum dan tatapan matanya selalu mengingatkanku pada seseorang.
**************************
Setelah hari pertamaku sekolah yang cukup suram, aku semakin sering ngobrol dengan Baim, bahkan aku dan Baim sudah semakin sering bertukar SMS. Aku semakin tahu mengapa Baim hobi ngerokok dan jarang pulang kerumah, kadang tiap aku bete, aku bilang ma Baim buat ikutan ngerokok, walau tak pernah Baim ngizinin aku ngerokok, karena dia selalu bilang. “kamu tu cewek! Cewek tu ngga baik ngerokok!!” sudah sampai bosan aku mendengar nasehat tentang ‘rokok’ nya. Yang aku heran, dia bisa cerita banyak tentang hal negatif ngerokok, tapi dia sendiri semakin gencar ngerokok, padahal badannya sudah kurus kerempeng gitu. Ponsel di sebelahku bergetar, incoming call dari Baim.
“Hallo...”
“Lagi dimana Ghe ?”
“dirumah, ada apa?”
“mau ikut aku?”
“kemana?”
“beli rokok di mall”
“haa????ogah!!kurang kerjaan amat!!beli aja sendiri!”
“engga ding bercanda......aku mau nonton film di 21, mau ikut ngga?”
“berdua aja nih?”
“bertiga dong Ghe..”
“yang satu siapa?”
“ya cuma aku sama kamu, tapi kan badan kamu di itung 2, wakakakakakaka”
“Garing !!”
“Ya udah, mau ngga?”
“Boleh juga, kapan?”
“sekarang, udah buruan ganti!”
“yap !!”
Ceklek ! sambungan terputus, aku bergegas ganti pakaian. Tak lama kemudian, si kurus jelek itu datang, kami pun melaju ke 21. Di mobil, Baim sudah tak se jutek dulu, sekarang dia sudah mulai mengajakku bercanda, aku semakin heran dengan perlakuannya padaku. Sampai di 21, kita milih nonton film komedi biar bisa ngakak. Setelah nonton, Baim mengajakku makan di warung dekat 21. Dan....astaga!!Baim menggandeng tanganku.
“Ghe.....aku mau tanya dech” ujarnya tiba-tiba
“apa?”jawabku
“kamu dulu pernah tinggal di Indonesia ya?”tanyanya
“aku kan emang lahir di Indonesia” jawabku mantap
“pantesan, kayaknya aku pernah kenal kamu dech! Wajahmu ngga asing buat aku, kamu inget sesuatu tentang aku ngga?”tanyanya lagi. Aku memerhatikan wajahnya.
“inget!!”jawabku
“apa coba?”
“kamu dulu jutek banget ma aku!!” Baim menghela nafas, dia melanjutkan makannya, sesekali dia melirik gelang di tanganku, sebuah gelang yang sangat murah, namun unik bentuknya. Gelang yang bertuliskan ‘Amigos X siempre’ , gelang yang dibaliknya bertuliskan namaku dan Farrel, sahabat yang sampai kini belum kutemukan.
“ngapain ngeliatin gelangku?suka ya?” tanyaku bercanda.
“ngga tuh biasa aja!dasar geer!”jawabnya ketus
“tu kan, jutek lagi? Dasar kurus!”
“dasar gendut!kaya Garfield,kayak pooh!!”ujarnya menghinaku. Kami terdiam sejenak, namun kemudian tertawa sendiri mendengar kata-kata yang kami lontarkan.
******************************
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah naek sepeda bareng Indy. Mulai hari ini, sekolahan melarang kami bawa kendaraan ke sekolah. Bawa motor saja ngga boleh, apalagi kalau harus naik mobil. Alhasil, aku pun bersepeda sehat sama Indy. Sepanjang perjalanan, kami ngobrol banyak, tentang Indy dan gebetannya hingga membicarakan si kurus Baim.
“Kamu ada hubungan apa sih ma Baim ?”pertanyaan Indy membuatku menoleh dan menatap wajahnya.
“Hubungan apa? Ngga ada!” ujarku
“Alah....ngga usah boong neng, anak-anak satu sekolahan, udah pada ngegosipin kalian lho!” aku tertunduk malu.
“tapi bener ngga ada apa-apa kok....”
“uhmmm, Baim pernah cerita ma aku, kalo dia seperti udah sering liat wajah kamu, apa kamu ngga pernah merasa kenal dengannya?” Aku menggeleng. Kami pun melanjutkan perjalanan kami yang kurang sebentar lagi. Sesampainya di sekolah, Indy memerhatikan gelangku.
“gelangmu bagus neng”pujinya
“makasih...”jawabku sambil tersenyum. Indy menarik tanganku, memerhatikan gelangku.
“ A..ami..amigos X siem..siempre, Amigos X siempre??? Apa artinya Ghe?” tanya Indy sambil berusaha mengeja tulisan di gelangku. Aku tertawa kecil mendengar caranya mengeja tulisan itu.
“Amigos X siempre artinya Sahabat Untuk Selamanya”kataku
“aku kayaknya pernah liat gelang ini,tapi dimana ya?”ujar Indy. Sontak aku terkejut mendengar perkataan Indy, gelang ini cuma aku dan Farrel yang punya di dunia ini. Jadi pasti, gelang yang dilihat Indy adalah gelang punya Farrel.
“Dimana kamu lihat gelang ini Ndy?”ujarku gugup
“Dimana ya?? Aku lupa?”ujarnya sambil tertawa. Aku tertunduk lemas, Indy lupa....pupus harapanku buat ketemu sahabat tersayangku yang satu itu.
Malam harinya, Indy meneleponku.
“Aku udah inget Ghe, siapa yang punya gelang itu” ujarnya bersemangat.
“siapa Ndy??bilang sama aku!!”ujarku tak kalah semangat
“Baim....Baim yang punya gelang itu!!!iya Baim....!!”ujarnya. Hatiku seketika luluh lantah mendengar ucapan Indy, aku terkejut bukan main. Jadi selama ini aku sudah menemukan sahabatku, dan dia itu si kurus Baim yang suka ngerokok?? Ya Allah.....
“bener Ghe, aku tau pasti, waktu pertama masuk SMA, aku lihat Baim pake gelang yang sama persis kaya punya kamu!!”cerocos Indy. Aku masih terdiam,terpaku, shocked mendengar ucapan Indy.
“Ghe....ghea....kok diem aja sih? Kamu masih disitu kan? Ghea...”panggil Indy, aku terhenyak.
“oh eh.....iya Ndy,masih disini kok!”ujarku
“kenapa sich?”
“ngga papa, eh udah dulu ya.....aku mau tidur,bye Indy....” ceklek! Sambungan terputus, dan aku masih termenung di beranda depan kamarku, memandang langit disana. Aku teringat masa laluku dengan Farrel, senyumnya, tatapannya. Kemudian terlintas bayangan Baim, senyumnya yang manis,tatapan matanya yang tajam Ya Allah, aku baru sadar kalau Baim memang sangat mirip dengan Farrel kecilku dulu. Tapi kenapa namanya beda?.. Ya Allah...aku baru ingat, nama panjang Farrel kan memang Farrel Ibrahim, pantesan dia dipanggil Baim. Seketika itu juga aku menelepon Baim, mengajaknya ketemuan.
Kami bertemu di kafe dekat sekolah kami. Baim terlihat keren dengan jins belel dan kaos serta jacket yang membuat kesan gemuk padanya. Tangannya dimasukkan di saku jaketnya, gayanya cool banget.
“Aku tahu kenapa kamu ngajak aku kesini”ujarnya
“Baim.....kamu.....Farrel kan?”ceplosku langsung. Tak kusangka Baim mengangguk.
“Dan kamu udah tahu kan kalo aku ini Ghea, sahabatmu dulu?”lagi-lagi Baim mengangguk.
“trus kenapa kamu ngga cerita ma aku?”sahutku. Baim emnunduk, menghela nafas.
“Aku malu” akhirnya dia mengeluarkan suara.
“kenapa??” tanyaku
“Aku bukan Farrel mu yang dulu, aku bukan anak cowok baik-baik yang dulu selalu ngelindungin kamu dari anak-anak cowok yang jahil, aku bukan Farrel mu yang tiap hari bersepeda ria sama kamu. Sekarang namaku Baim, aku cowok berandalan, aku cuma bisa ngerokok, jalan-jalan, nonton drag race, taruhan drag race. Aku bukan cowok baik-baik lagi Ghea....aku ngga mau kamu tahu, kalo aku ini sahabatmu dulu, padahal terus terang, aku sudah mengenalimu sebagai Ghea, sejak pertama kita bertemu di kafe waktu itu”ujar Baim. Aku terdiam mendengar penjelasan Baim. Tiba-tiba Baim mengeluarkan tangannya dari saku jaketnya. Gelang itu! dia memakai gelang itu.
“tapi sekarang aku sadar, aku ngga mungkin terus-terusan menghindarimu dan membohongimu. Karena lama-lama kamu pasti akan mengenalimu sebagai sahabat kecilmu dulu”ujarnya. Aku tersenyum, aku menggenggam tangannya.
“sekarang kamu emang berandalan, tapi bagaimanapun juga,kamu tetep sahabat kecilku dulu, bahkan sekarang aku pengen bikin kamu jadi baik kayak dulu lagi, jadi pelindungku, jadi temen yang selalu ada buat aku.”ujarku. Baim atau Farrel tersenyum.
“Aku janji Ghe, mulai sekarang aku akan berubah jadi lebih baik, aku juga janji akan terus ngejagain kamu, tapi kamu juga harus janji, kamu ngga akan pernah pergi-pergi lagi kayak dulu.” Ujarnya. Aku menggangguk dan tersenyum. Malam ini benar-benar malam yang indah buatku, malam ini kutemukan lagi sahabatku yang selama ini kucari, yang membuatku ingin kembali lagi ke Indonesia. Setelah malam ini, aku berjani, aku akan selalu menjadi sahabat yang terbaik buat Farrel, aku akan terus memerhatikannya, aku akan membantu menghilangkan semua kebiasan buruknya. Aku janji, Farrel akan menjadi sahabat sepanjang masaku.
“iya...aku pasti pulang ke Indonesia lagi kok ! nanti aku cari kamu,kita main lagi ya....”
“iya....”
************************
Percakapan itu terjadi 10 tahun yang lalu,saat umurku masih 4 tahun dan lawan bicaraku masih berumur 5 tahun . Namaku Ghea , Ghea Rosita Primadani Hanindya , aku anak pertama dari 2 bersaudara , aku lahir di Indonesia dan tinggal di sana hingga usia ku 4 tahun . Menjelang usiaku yang ke-5, ayahku dipindah tugaskan ke Barcelona , menjadi duta besar disana . 12 tahun yang lalu aku berjanji pada sahabat kecilku , untuk menemuinya jika aku besar nanti. Jelas aku harus memenuhi janjiku , jadi aku meminta izin pada ayahku untuk pulang dan tinggal di Indonesia. Awalnya,ayah dan bunda tidak menyetujui ide ku , tapi kakak laki-laki tertuaku bersedia menemaniku tinggal di Indonesia. Akhirnya aku boleh tinggal di Indonesia, dengan berbagai syarat yang diberikan orang tuaku.
“Ghe...kenapa senyum-senyum sendiri ?” tanya kakakku. Aku menoleh menatap wajah kakakku yang tampak kebingungan.
“Ngga papa kok kak...eh tuh ada taksi , ayo kak...”ujarku menarik lengan kakakku yang kerepotan membawa koper-koper kami yang bejibun.
Taksi kami melaju ke sebuah perumahan di Puri Bimasakti, tempat kakakku membeli rumah untuk tempat tinggal kami. Kakakku seorang dokter anak,jadi dia ingin membuka praktek di perumahan itu. Rumah model minimalis dengan 3 kamar yang sangat asri. Hari ini hariku untuk beberes rumah. Aku memilih kamar di atas dekat jendela, agar aku bisa melihat keluar tiap kali aku bete. Saking lelahnya, aku sampai ketiduran saat aku menata album fotoku. Album foto yang berisikan fotoku dengan Farrel,sahabat kecilku.
“Ghea....kamu udah balik ke Indonesia ya...”
“kamu siapa ?”
“aku kan sahabat kecilmu,masa kamu lupa ?”
“uhmmm....Farrel ??”
“temui aku yaa Ghe....”
“tapii.....dimana ??” Bayangan itupun hilang,bersamaan dengan suara kak Adam yang mencoba membangunkanku.
“Ghea...bangun,mandi dulu sayang,habis ini kakak mau ajak kamu ke restaurant punya sahabat kakak” panggil kak Adam. Aku menggeliat, berdiri dengan malas dan beranjak ke kamar mandi. Setelah ritual mandi yang cukup lama dan sholat maghrib, aku menyusul kak Adam yang sudah di Vios hitamnya.
“sudah siap sayang ?” ujarnya
“sudah kak,ayo berangkat” ajakku. Mobil pun melaju perlahan, kak Adam memang bukan cowok yang suka kebut-kebutan seperti kak Ziddane, kakakku yang kedua. Kak Adam jelas seratus kali lebih lembut ketimbang kak Ziddane yang ugal-ugalan. Aku memutar lagu yang ada di tape mobil kak Adam. Mengalunlah lagu dari dara manis Gita Gutawa, aku terhanyut dalam lagu yang berjudul Sahabat Kecilku itu. Aku teringat Farrel, apa kabar dia sekarang ya ? Masihkah dia ingat aku ? Masihkah dia jadi malaikat pelindungku ? Oh God.....I Really miss Him !!!
“udah sampai dek....”ujar kak Adam membuyarkan lamunanku. Aku terhenyak dan menyusul kakakku yang sudah duluan keluar meninggalkan mobil. Aku dan kak Adam memilih tempat duduk yang dekat dengan kolam ikan. Sementara kak Adam sibuk ‘temu kangen’ dengan sahabatnya, aku sibuk memperhatikan sekeliling suasana restoran yang cozy ini.
“Kak,boleh aku berkeliling ?”ujarku pada kak Danny si empunya restoran ini.
“Boleh saja Ghea,kalau butuh apa-apa bilang sama pelayan disini aja ya !” ujar kak Danny.
“Pasti kak !!” sahutku cepat. Aku pun beranjak dari dudukku dan mulai mengelilingi restoran ini. Saking asyiknya aku melihat-lihat, tanpa sengaja aku menyenggol lengan seorang cewek yang kira-kira seumuran denganku hingga tas tangannya terjatuh.
“aduh...maaf ya...aku ngga sengaja...” kataku sambil mengambilkan tas tangannya.
“eh !! kalo jalan pake mata ya !!!” ketus cewek itu.
“aduh...jalan kan pake kaki,bukan pake mata ??? maaf ya,maaf...”pintaku
“wah nyolot kamu ya !!!!” ujar cewek yang dandanannya menor itu.
“udah lah Sya!!!apaan sih kamu tu!!” ujar cowok yang ada disampingnya.
“tapi sayang.....”
“udahlah!!! Ehmm,maaf ya udah bentak-bentak kamu” ujar cowo itu sambil tersenyum dan menatapku. Senyuman itu,tatapan itu seperti sudah kukenal, tapi siapa?
“yap !! thats okay !!” balasku
“kami duluan ya...”pamit cowok itu.
***************************
Hari pertama masuk sekolah, kak Adam mengantarku dengan Vios kebanggaannya. Di mobil, aku tak bisa berhenti membayangkan senyum dan tatapan mata itu, semakin penasaran untuk menemuinya lagi, tapi bagaimana caranya ? namanya pun, aku tak tahu. Gerbang SMA Global Indonesia sudah di depan mata. Sebuah sekolah yang tak kalah dengan sekolah di Barcelona dulu, meskipun suasana sekolahku jauh lebih tenang dan bangunannya jauh lebih megah. Aku melangkahkan kaki keluar dari mobil, saat sebuah jeep berwarna hitam melewati mobil kak Adam, sebuah jeep yang penuh sesak dengan 5 orang cowok keren dengan dentuman lagu rock milik Avenged Sevenfold. Aku hanya menatap mereka miris..sangat miris...mana mungkin seorang remaja Indonesia bersikap seperti anak-anak genk jalanan di Amerika seperti itu ?. Aku memasuki sebuah kelas di depan lapangan basket. GRADE X 3 CLASS,begitu tulisan di papan kelas itu. Sebuah kelas yang penuh dengan anak-anak yang cukup mengasyikkan.
“Ghea Rosita Primadani Hanindya, panggil saja aku Ghea...” ujarku saat disuruh memperkenalkan diri di depan kelas. Sambutan hangat dari teman-teman baruku membuat semangat di hari pertamaku bersekolah di Indonesia.
Jam istirahat tiba, Indy, teman sebangkuku sekaligus sahabat baruku mengajakku keluar kelas.
“kamu mau?” ujar Indy menawariku Diet Coke. Aku menerimanya dan tersenyum.
“Gracias Ndy...”. Indy mengangguk dan duduk disampingku.
“Kamu udah lama ya di Barcelona?” tanya Indy
“yap....10 tahun,tapi jujur aku sangat merindukan Indonesiaku ini” jawabku.
“wah...kamu emang putri daerah !” sahutnya. Aku tertawa kecil, lalu kami sibuk memperhatikan anak-anak cowok yang sibuk main basket, mereka terlihat cool, sampai aku teringat dengan Paul, sahabatku di Barcelona yang MVP Basketball.
“Ghe....aku mau ke toilet, kamu...”
“Aku disini aja yaa,,,,bening nii liat cowok-cowok” candaku, Indy tertawa, memamerkan lesung pipinya.
“Ya sudah aku duluan ya...” Aku mengangguk, dan Indy meninggalkanku pergi. Aku kembali melamun, hingga seorang cowok melempar bola basket dan mengenai kepalaku, akupun terjatuh dari dudukku. Beberapa orang mengerumuniku, tapi sedetik kemudian aku tak bisa melihat apapun di sekelilingku. Saat tersadar, aku hanya bisa mendengar suara Indy dan seorang cowok.
“ Alhamdulillah.....”ujar Indy
“kamu ngga papa?” ujar cowok itu. Aku hanya bisa mengangguk sambil memegang kepalaku yang masih terasa pusing.
“Ghea pulang aja yaa, biar Baim yang anter kamu” pinta Indy
“Tapi.....” ujarku dan cowok yang dipanggil ‘Baim’ itu bersamaan.
“Tapi apa?kamu dulu deh yang ngomong Ghe....”ujar Indy
“Ini hari pertama ku sekolah,masa aku bolos??”ujarku
“Emang ngga boleh? Trus kamu mau ngomong apa Baim?”
“Aku ada presentasi Geografi”
“Ah !!! tak ada alasan !! pokoknya kamu harus tanggung jawab !!! kamu yang bikin Ghea pingsan!!” bentak Indy. Akhirnya dengan terpaksa, aku harus ikut Baim pulang dengan jeep hitam yang tadi pagi membuatku tertegun.
“Ini mobil kamu?”tanyaku
“Ya! Kenapa?ngga suka?” jawabnya ketus
“Bukan gitu....”
“Sudah ayo naik!!” Aduh....mimpi apa aku semalam sampai harus satu mobil dengan cowok jutek kaya gini. Sepanjang perjalanan kita sama sekali tak berbicara sepatah katapun, bahkan cowok jutek ini, dengan teganya membiarkan sakit kepalaku semakin menderita dengan lagu rock dari audio mobilnya. Mataku tertuju pada sebuah bungkusan di dashbord, aku mengambilnya, dan memperhatikan tulisannya ‘A Mild’ !! Ya Allah, cowok ini masih SMA tapi udah ngerokok ?.
“Ehm Baim....kamu..”akhirnya kuberanikan diri bertanya. Baim menoleh dan merampas bungkus rokok dari tanganku.
“Ngapain sih????”bentaknya
“Aku kan cuma mau nanya??”ujarku setengah takut
“Iya !!! aku ngerokok,emang kenapa?ada masalah???” Baim semakin meninggikan volume bicaranya. Aku semakin menunduk,aku benar-benar takut, jangan-jangan cowo ini phsyco? Hii.......
“Sory Ghe, aku lagi emosi” Baim mulai memelankan suaranya dan mematikan lagu rocknya. Aku mengangguk.
“Ghe, kalau kita ngga langsung pulang, gimana? Aku mau ke tempat dimana aku biasa nenangin diri.” Ujar Baim
“Boleh, lagian ngga ada orang dirumah”jawabku. Mobil Baim pun melaju cepat dan berhenti di sebuah lapangan hijau yang sangat luas, lapangan yang sangat indah, lapangan yang di tengahnya ada sebuah pohon besar. Ya, ini lapangan dimana aku dan Farrel sering bermain dulu. Bagaimana mungkin Baim juga menyukai tempat indah ini ?? Bagaimana mungkin dia tahu tempat indah ini ?. Aku mengikuti langkah Baim ke pohon besar yang ada di tengah lapangan hijau ini. Baim mengeluarkan rokoknya dan menghisapnya perlahan. Aku duduk disampingnya, memerhatikan segala tingkah polahnya yang ngga karu-karuan. Cowok kurus yang satu ini benar-benar membuatku merasa heran. Entah kenapa setiap dia tersenyum atau saat dia menatapku, aku merasa sudah lama mengenalnya, padahal jujur baru hari ini aku mengenalnya.
“Ngapain ngeliatin aku kayak gitu !” suaranya membuatku menunduk dan menggeleng takut.
“Kamu naksir aku??” aku tersentak mendengar ucapannya, geer banget ni cowok, mana mungkin aku naksir cowok yang baru aku kenal.
“Ngga, aku cuma mau ngajakin pulang aja, udah sore, nanti kakakku nyariin aku.” Ujarku perlahan.
“Dasar cewek manja !! udah kelas 3, pulang sore aja masih dicariin??ya sudah,ayo pulang !!!”ujarnya sambil berdiri. Aku menyusul langkahnya dengan sedikit berlari.
Baim mengantar sampai depan rumah, tanpa berkata apapun dia langsung pergi, aku ngga pernah tahu apa yang ada dipikiran cowok kurus jelek satu itu, yang aku tahu, senyum dan tatapan matanya selalu mengingatkanku pada seseorang.
**************************
Setelah hari pertamaku sekolah yang cukup suram, aku semakin sering ngobrol dengan Baim, bahkan aku dan Baim sudah semakin sering bertukar SMS. Aku semakin tahu mengapa Baim hobi ngerokok dan jarang pulang kerumah, kadang tiap aku bete, aku bilang ma Baim buat ikutan ngerokok, walau tak pernah Baim ngizinin aku ngerokok, karena dia selalu bilang. “kamu tu cewek! Cewek tu ngga baik ngerokok!!” sudah sampai bosan aku mendengar nasehat tentang ‘rokok’ nya. Yang aku heran, dia bisa cerita banyak tentang hal negatif ngerokok, tapi dia sendiri semakin gencar ngerokok, padahal badannya sudah kurus kerempeng gitu. Ponsel di sebelahku bergetar, incoming call dari Baim.
“Hallo...”
“Lagi dimana Ghe ?”
“dirumah, ada apa?”
“mau ikut aku?”
“kemana?”
“beli rokok di mall”
“haa????ogah!!kurang kerjaan amat!!beli aja sendiri!”
“engga ding bercanda......aku mau nonton film di 21, mau ikut ngga?”
“berdua aja nih?”
“bertiga dong Ghe..”
“yang satu siapa?”
“ya cuma aku sama kamu, tapi kan badan kamu di itung 2, wakakakakakaka”
“Garing !!”
“Ya udah, mau ngga?”
“Boleh juga, kapan?”
“sekarang, udah buruan ganti!”
“yap !!”
Ceklek ! sambungan terputus, aku bergegas ganti pakaian. Tak lama kemudian, si kurus jelek itu datang, kami pun melaju ke 21. Di mobil, Baim sudah tak se jutek dulu, sekarang dia sudah mulai mengajakku bercanda, aku semakin heran dengan perlakuannya padaku. Sampai di 21, kita milih nonton film komedi biar bisa ngakak. Setelah nonton, Baim mengajakku makan di warung dekat 21. Dan....astaga!!Baim menggandeng tanganku.
“Ghe.....aku mau tanya dech” ujarnya tiba-tiba
“apa?”jawabku
“kamu dulu pernah tinggal di Indonesia ya?”tanyanya
“aku kan emang lahir di Indonesia” jawabku mantap
“pantesan, kayaknya aku pernah kenal kamu dech! Wajahmu ngga asing buat aku, kamu inget sesuatu tentang aku ngga?”tanyanya lagi. Aku memerhatikan wajahnya.
“inget!!”jawabku
“apa coba?”
“kamu dulu jutek banget ma aku!!” Baim menghela nafas, dia melanjutkan makannya, sesekali dia melirik gelang di tanganku, sebuah gelang yang sangat murah, namun unik bentuknya. Gelang yang bertuliskan ‘Amigos X siempre’ , gelang yang dibaliknya bertuliskan namaku dan Farrel, sahabat yang sampai kini belum kutemukan.
“ngapain ngeliatin gelangku?suka ya?” tanyaku bercanda.
“ngga tuh biasa aja!dasar geer!”jawabnya ketus
“tu kan, jutek lagi? Dasar kurus!”
“dasar gendut!kaya Garfield,kayak pooh!!”ujarnya menghinaku. Kami terdiam sejenak, namun kemudian tertawa sendiri mendengar kata-kata yang kami lontarkan.
******************************
Keesokan harinya, aku berangkat sekolah naek sepeda bareng Indy. Mulai hari ini, sekolahan melarang kami bawa kendaraan ke sekolah. Bawa motor saja ngga boleh, apalagi kalau harus naik mobil. Alhasil, aku pun bersepeda sehat sama Indy. Sepanjang perjalanan, kami ngobrol banyak, tentang Indy dan gebetannya hingga membicarakan si kurus Baim.
“Kamu ada hubungan apa sih ma Baim ?”pertanyaan Indy membuatku menoleh dan menatap wajahnya.
“Hubungan apa? Ngga ada!” ujarku
“Alah....ngga usah boong neng, anak-anak satu sekolahan, udah pada ngegosipin kalian lho!” aku tertunduk malu.
“tapi bener ngga ada apa-apa kok....”
“uhmmm, Baim pernah cerita ma aku, kalo dia seperti udah sering liat wajah kamu, apa kamu ngga pernah merasa kenal dengannya?” Aku menggeleng. Kami pun melanjutkan perjalanan kami yang kurang sebentar lagi. Sesampainya di sekolah, Indy memerhatikan gelangku.
“gelangmu bagus neng”pujinya
“makasih...”jawabku sambil tersenyum. Indy menarik tanganku, memerhatikan gelangku.
“ A..ami..amigos X siem..siempre, Amigos X siempre??? Apa artinya Ghe?” tanya Indy sambil berusaha mengeja tulisan di gelangku. Aku tertawa kecil mendengar caranya mengeja tulisan itu.
“Amigos X siempre artinya Sahabat Untuk Selamanya”kataku
“aku kayaknya pernah liat gelang ini,tapi dimana ya?”ujar Indy. Sontak aku terkejut mendengar perkataan Indy, gelang ini cuma aku dan Farrel yang punya di dunia ini. Jadi pasti, gelang yang dilihat Indy adalah gelang punya Farrel.
“Dimana kamu lihat gelang ini Ndy?”ujarku gugup
“Dimana ya?? Aku lupa?”ujarnya sambil tertawa. Aku tertunduk lemas, Indy lupa....pupus harapanku buat ketemu sahabat tersayangku yang satu itu.
Malam harinya, Indy meneleponku.
“Aku udah inget Ghe, siapa yang punya gelang itu” ujarnya bersemangat.
“siapa Ndy??bilang sama aku!!”ujarku tak kalah semangat
“Baim....Baim yang punya gelang itu!!!iya Baim....!!”ujarnya. Hatiku seketika luluh lantah mendengar ucapan Indy, aku terkejut bukan main. Jadi selama ini aku sudah menemukan sahabatku, dan dia itu si kurus Baim yang suka ngerokok?? Ya Allah.....
“bener Ghe, aku tau pasti, waktu pertama masuk SMA, aku lihat Baim pake gelang yang sama persis kaya punya kamu!!”cerocos Indy. Aku masih terdiam,terpaku, shocked mendengar ucapan Indy.
“Ghe....ghea....kok diem aja sih? Kamu masih disitu kan? Ghea...”panggil Indy, aku terhenyak.
“oh eh.....iya Ndy,masih disini kok!”ujarku
“kenapa sich?”
“ngga papa, eh udah dulu ya.....aku mau tidur,bye Indy....” ceklek! Sambungan terputus, dan aku masih termenung di beranda depan kamarku, memandang langit disana. Aku teringat masa laluku dengan Farrel, senyumnya, tatapannya. Kemudian terlintas bayangan Baim, senyumnya yang manis,tatapan matanya yang tajam Ya Allah, aku baru sadar kalau Baim memang sangat mirip dengan Farrel kecilku dulu. Tapi kenapa namanya beda?.. Ya Allah...aku baru ingat, nama panjang Farrel kan memang Farrel Ibrahim, pantesan dia dipanggil Baim. Seketika itu juga aku menelepon Baim, mengajaknya ketemuan.
Kami bertemu di kafe dekat sekolah kami. Baim terlihat keren dengan jins belel dan kaos serta jacket yang membuat kesan gemuk padanya. Tangannya dimasukkan di saku jaketnya, gayanya cool banget.
“Aku tahu kenapa kamu ngajak aku kesini”ujarnya
“Baim.....kamu.....Farrel kan?”ceplosku langsung. Tak kusangka Baim mengangguk.
“Dan kamu udah tahu kan kalo aku ini Ghea, sahabatmu dulu?”lagi-lagi Baim mengangguk.
“trus kenapa kamu ngga cerita ma aku?”sahutku. Baim emnunduk, menghela nafas.
“Aku malu” akhirnya dia mengeluarkan suara.
“kenapa??” tanyaku
“Aku bukan Farrel mu yang dulu, aku bukan anak cowok baik-baik yang dulu selalu ngelindungin kamu dari anak-anak cowok yang jahil, aku bukan Farrel mu yang tiap hari bersepeda ria sama kamu. Sekarang namaku Baim, aku cowok berandalan, aku cuma bisa ngerokok, jalan-jalan, nonton drag race, taruhan drag race. Aku bukan cowok baik-baik lagi Ghea....aku ngga mau kamu tahu, kalo aku ini sahabatmu dulu, padahal terus terang, aku sudah mengenalimu sebagai Ghea, sejak pertama kita bertemu di kafe waktu itu”ujar Baim. Aku terdiam mendengar penjelasan Baim. Tiba-tiba Baim mengeluarkan tangannya dari saku jaketnya. Gelang itu! dia memakai gelang itu.
“tapi sekarang aku sadar, aku ngga mungkin terus-terusan menghindarimu dan membohongimu. Karena lama-lama kamu pasti akan mengenalimu sebagai sahabat kecilmu dulu”ujarnya. Aku tersenyum, aku menggenggam tangannya.
“sekarang kamu emang berandalan, tapi bagaimanapun juga,kamu tetep sahabat kecilku dulu, bahkan sekarang aku pengen bikin kamu jadi baik kayak dulu lagi, jadi pelindungku, jadi temen yang selalu ada buat aku.”ujarku. Baim atau Farrel tersenyum.
“Aku janji Ghe, mulai sekarang aku akan berubah jadi lebih baik, aku juga janji akan terus ngejagain kamu, tapi kamu juga harus janji, kamu ngga akan pernah pergi-pergi lagi kayak dulu.” Ujarnya. Aku menggangguk dan tersenyum. Malam ini benar-benar malam yang indah buatku, malam ini kutemukan lagi sahabatku yang selama ini kucari, yang membuatku ingin kembali lagi ke Indonesia. Setelah malam ini, aku berjani, aku akan selalu menjadi sahabat yang terbaik buat Farrel, aku akan terus memerhatikannya, aku akan membantu menghilangkan semua kebiasan buruknya. Aku janji, Farrel akan menjadi sahabat sepanjang masaku.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar