• Cinta Dea

    Gue, Bisma.
    Bila kata orang, “kalau jodoh tak lari kemana” itu benar apa adanya, tapi tidak menurutku. Bila memang ia jodohku, mengapa tuhan memisahkan kami?



    Namanya Safira Deanandisa. Gadis yang paling kubenci di kelas. Memang dia cantik dan pintar, namun ia sangat jahil & menyebalkan. Tingkah polahnya macam-macam, antara lain colut dari sekolah, merusak speaker kelas, dsb. Aku pun sering jadi bahan kejahilannya. Ia memasukkan cicak ke sneakers-ku, membakar buku tugas kimiaku, dsb. Entah mengapa, jika melihat ia berkeliaran disekelilingku rasanya aneh, beda.

    Pagi itu aku bangun kesiangan. Memang jam bekerku lupa dihidupkan.
    Dengan penuh tergesa-gesa, aku menuju gerbang sekolah yang untungnya belum digembok oleh pak Edi.
    Sampai di depan kelas, tanpa sepengetahuanku, Dea tiba tiba muncul dan berdiri di depan kelas sambil menjegalku sampai aku jatuh tersungkur. Sontak membuat seluruh isi kelas tertawa, membuat emosiku tersulut.
    “Heh! Lo cari gara gara sama gue?” tanyaku kasar pada gadis ini
    “Lo bilang apa? Cari gara gara? Yg ada elo tuh, ceroboh!” ucap dea sambil melengos
    “Lo jegal gue kan?!” ujarku dgn nada tinggi
    Dengan senyuman licik khas dea, tampak kedua lesung pipitnya di dua belahan pipinya.
    “Lo..!” kataku mencengkram kerahnya
    “Lo berani sama cewe? Dasar banci!” katanya meledekku. Aku segera melepaskan cengkramanku, dan tak kami sadari, pak Junat memerhatikan kami sedari tadi. Akhirnya? Kami mendapat hukuman membersihkan kamar mandi guru.

    Aku membawa 2 ember air bersih. Sementara Dea asik menggosok lantai. Aku yg masih sebal padanya berusaha melupakan masalah ini. Namun, aku sudah sgt jengkel pada gadis ini,
    “gara gara lo, gue dihukum!” ucapku kasar pada gadis berambut panjang sebahu ini
    Namun Dea tak merespon sedikitpun, tak sepatah kata keluar dr bibir tipisnya. Ia terus saja menggosok lantai kamar mndi.
    “Gue benci sama lo! Gue nyesel kenal sama lo!!” ketusku menekannya. Dea memberhentikan  pekerjaannya, sambil berkaca-kaca.
    “gue tau, lo dan seluruh isi bumi ini benci sama gue, karena ulah gue. Dan gue juga udah tau kalo lo, dan seisi bumi ini nyesel kenal gue! Gue emang buangan, gak layak ada dibumi.” Ucapnya sambil pergi meninggalkanku. Aku menyesal berkata seperti itu padamu De, sebenarnya aku tidak benci padamu.. itu yg ingin kuucapkan, namun sdh terlambat..

    Di depan ruang BK sedang ramai. Belasan anak menggerombol, sekedar mengintip apa yg terjadi. Aku yg penasaran pun, ikut nimbrung untuk mengintip. Sesosok gadis manis berkulit kuning langsat itu Dea. Kali ini poin apa yg dilakukan oleh Dea? Rasa penasaranku terjawab saat Reza, datang menghampiriku.
    “bis! Ngapain lo?” tanya Reza
    “si dea kena masalah apa?” tanyaku heran
    “Katanya sih, dia ngeracunin bu Merril, guru taboga kita.” Ungkap reza. Mendgar ucapan Reza, aku tercengang. Sebandel-bandelnya Dea, tak mgkn punya niat hingga membunuh orang, batinku dlm hati. Tak berapa lama kemudian, Dea keluar dr ruang BK dgn wajah polos, seakan tak ada mslh apapun.
    “Sabar De,” ucapku padanya smbil menepuk bahunya. Smentara anak-anak lain msih mencurigai Dea,
    “Dnger ya! Bukan gw yg ngeracunin bu Merril! Bkn gue yg masukkin bubuk racun tikus ke rotinya, bukan gue!” jelas Dea
    “lo pikir kita percaya, hahh??” kata slah seorang murid nimbrung
    “Dnger, kalo sampai trjadi sesuatu sm bu Merril, gw rela mati!” tutur Dea membuat jantungku dag dig dug der.
    “De, gw percaya sm lo.” Ucapku
    “Bis? Lo prcaya sm gue? Gw gak butuh kepercayaan lo!” kata Dea sinis sambil pergi.

    Akhir-akhir ini, Dea nampak murung. Prestasinya turun, ia sdh tak jahil lagi. Ada apa dgn Dea? Karena sikapnya yg aneh membuat semua org semakin curiga padanya.

    2 Minggu setelah kejadian itu, Dea tak muncul disekolah. Hingga akhirnya, suatu hari aku bertemu dengannya, di depan gerbang sekolah.
    “Bis!” panggilnya menggamitku, aku pun melangkah mendekatinya.
    “De? Lo kemana aja?” tanyaku cemas
    “Gue, gue minta maaf ya atas semua kesalahan gue sama lo. Gw bnyk salah sama lo Bis.” Ucapnya penuh penyesalan
    “Iya, gw maafin De. Lo g mnta maaf uda gw maafin.” Jawabku, membuat senyum dea mengembang
    “Makasih ya Bis..” tuturnya lirih, sambil pergi.. melambaikan tangannya.

    Dea kemana lagi sih? Aku selalu brtanya dlm hati. Setelah ia minta maaf pdku, ia tak muncul lagi. Hingga akhirnya aku memutuskan menanyakan keberadaan Dea pada Rangga., sepupu Dea.
    “Ngga’, Dea kemana sih?” tanyaku pd Rangga
    “dia sibuk Bis” jwb Rangga
    “sibuk apa sih?” tanyaku lg
    “Ciieeehhh.. kangen ya” ledek Rangga
    “ahh engga ko” bantahku sambil manyun
    “Lo mau tau dia dmn?” tanya Rangga
    “Iya”
    “Dia mau donorin ginjalnya buat bu Merril. Sebagai anak yg berbakti, Dea rela memberikan sebelah ginjalnya bwt bu Merril. Yah, lo tau kan smenjak keracunan, ginjal bu Merril jd gagal fungsi.” Kata Rangga
    “Emang, bu Meril siapanya Dea?” tanyaku
    “Ibu kandungnya Dea. Selama ini Dea tnggal sama papa & ibu tirinya. Papa dan Mama kandung Dea udah cerai, papa dea nikah lg & hak asuh dea di tangan Papanya. Makanya dia jd bandel. Dia kurang ksih sayang..” Ungkapnya
    “Trus skrg Dea di rumah sakit??????” tanyaku. Rangga mengangguk kecil, dan tanpa pikir panjang, aku segera ke rumah sakit.

    Ruang mawar 8. Ruangan antara hidup dan matinya Dea. Aku menunggu didepan sambil gelisah, berdoa demi keselamatannya. Karena operasi pengangkatan ginjal Dea sgt lama, aku pun tak bsa melawan rasa kantukku, hingga akhirnya aku terlelap...
    Aku membuka mataku, menatap jam tangannku yg menunjukkan pukul 10 malam. Seorang suster keluar dari ruangan Dea, sambil membawa lembaran kertas. Suster itu memberikannya padaku,
    Aku pun mulai membacanya..

    From: Safira Deanandisa

    Bis, gw tau kalo operasi pengangkatan ginjal gw bakal gagal. Gw udah pnya firasat sbelumnya Bis, jd gw tulis surat ini buat lo. Sorry gw pamit ya Bis, gw doa’in lo dpt jodoh yg baik & gak jahil ky gua :D
    Bis, sebenernya gw suka sm lo Bis. Itu alasan gw sering jahilin lo, krn gw pgn dpt perhatian lo. Gw msh inget saat lo bilang, lo benci gue. Mksudnya, benar-benar cinta ya Bis? Haha :D
    Makasih atas sgalanya Bis. Doain gw bahagia di akherat, mski tanpa lo disisi gw ..

    #iHeartU
    Bisma Karisma

    -THE END-
    Lho? Tamat :D
  • CINTA dan BENCI

    Findy menatap rintikan hujan yang semakin lama semakin deras. Dia tertahan di sekolahnya karena hujan yang tak henti sedari tadi. Dari kelas ia bisa melihat keadaan lapangan yang basah dan beberapa anak bermain basket di sana. Findy memperhatikan Bagus dan teman-temannya yang bermain basket di tengah rintikan hujan.



                    Findy memberanikan diri untuk keluar kelas dan melihat lebih dekat. Bagus menatap Findy dengan bingung. Findy sadar bahwa Bagus melihatnya memperhatikan dia. Findy mencoba mengalihkan pandangan dan kembali masuk ke kelas.

                    ‘Duh, apaan sih gue! Ngapain sih gue ngeliatin kakak kelas tengil itu!’ batin Findy.
                    Selama ini Findy selalu mengejek teman-temannya yang menyukai Bagus, kakak kelasnya. Tapi, akhir-akhir ini justru Findy sering memperhatikan Bagus.

    ‘Jangan-jangan gue suka lagi sama dia? Ah tapi masa iya? Engga mungkin! Tapi emang ganteng sih, keren, ketua osis, jago main basket, dan idola semua sahabat gue! Tapi, masa gue suka sama orang yang macam begitu sih?’ batin Findy.

    Tiba-tiba bola basket masuk ke kelas, tepat di samping kaki Findy yang sibuk menatap papan sambil memikirkan Bagus. Findy menunduk dan menganbil bola itu, ia kembali ke posisi awal dan melihat Bagus berdiri tepat di depannya.

    “Sini bolanya!” kata Bagus, ketus.
    “Bola basket harusnya di masukkin ke ring! Bukan ke kelas gue!” ledek Findy.
    “Eh anak kecil ngeledek! Baru kelas 8 kan lo? Siapa sih lo? Fi,,, Fin,, Findy ya?” kata Bagus.
    “Lo tau nama gue?”
    “Siapa sih yang gak tau nama cewek fenomenal kayak lo? Lo terkenal banget dek! Banget!”
    Findy menatap Bagus bingung .
    “Semua sahabat gue udah pernah lo sakitin kan? Hebat banget ya anak kecil seperti lo ini bisa buat tiga temen gue nangis”
    Findy baru menyadari kalau yang di maksud Bagus adalah Rio, Reno, dan Rifky sahabat Bagus yang juga bermain basket tadi. Tiga orang sahabat Bagus itu sangat menyukai Findy tapi, Findy tidak pernah merespon apapun. Findy tidak suka dengan tiga sahabat Bagus yang sebenarnya juga idola sahabat-sahabat Findy.
    “Cowok nangis? Oh, jadi cowok-cowok seperti kalian itu kerjaannya nangis ya kalo di tolak” kata Findy, sedikit menghina.
    “Mereka cuma mau perasaan mereka dihargain sedikit! Dasar cewek bodoh! Gue berani taruhan. Gak aka nada cowok yang suka sama lo lagi! Lo itu terlalu jahat!” bentak Bagus.
    “Eh! Jangan sok tau ya! Gue selalu nganggap mereka temen, mereka aja selalu ngarep lebih! Dari pad ague terusin dan jadi PHP mendingan gue tinggalin!”
    “Oh ya? Gue gak peduli!” Bagus keluar kelas.
    Findy mengambil tas-nya dan segera pulang.

    ***

    Findy membaringkan tubuhnya di sofa kamarnya. Ia memeluk boneka babi kesayangannya.
    ‘Apa gue jahat nolak tiga orang itu mentah-mentah? Tapi kan, emang perasaan gak bisa di paksa! Tapi kok Bagus gak suka banget ya sama gue?’ batin Findy.
    ‘Kalo gue suka sama Bagus, berarti gak ada harapan buat dia punya rasa yang sama! Mengenaskan banget sih hidup gue! Kenapa harus suka sama si Bagus sih? Kayaknya banyak deh yang lebih baik! Ini pasti karna gue terlalu sering denger semua tentang dia dari sahabat gue!’
    “Ndy! Udah minum obat belum?” terdengar Jeritan Ibu Findy.
    “Iya, nanti Ndy minum obat mah!” jerit Findy.
    Findy menatap sejenak boneka babinya, memeluknya, menaruhnya di sofa dan pergi meninggalkannya.

    ***

    “Ren, Rif! Gue sms Findy dari tadi gak dia bales! Kemana ya? Biasanya walaupun singkat dan nyakitin tapi di bales!” kata Rio.
    “Gue sms dia juga gak di bales!” Kata Rifky dan Reno mengangguk.
    “Kalian tuh sakit jiwa ya? Udah di sakitin gitu masih aja ngejar-ngejar bocah itu! Banyak guys, yang mau sama lo semua! Sadar dong! Findy itu gak lebih dari bocah labil!” kata Bagus.
    “Gak bisa gitu! Gue cowok! Gue harus ngejar cinta sejati gue!” kata Reno.
    “Tapi lo jatuh cinta sama orang yang salah!” kata Bagus.
    “Kenapa sih lo gak suka banget sama Findy?” kata Rio.
    “Jelas lah! Apaan sih bagusnya tuh cewek? Sombong! Belagu! Gak cantik-cantik banget juga, gak terlalu pinter, gak fashionable! Gayanya aneh! Tingkahnya aneh! Berkacamata gitu, suka fiksi! Suka ngarang cerpen yang unjung-nya sad ending! Suka baca buku yang tebelnya bukan main dan gak bergambar! Apaan coba tuh cewek? Aneh!” kata Bagus.
    “Ternyata Findy bisa juga ya naklukin hatinya Mr.Bagus yang agung ini!” ledek Rifky.
    “Apaan sih Rif? Saiko lu ya?” bentak Bagus.
    “Lo itu memperhatikan semua tentang Findy! Dan, pasti lo juga suka kan sama Findy?” ledek Reno.
    “Dih! Gue? Suka sama cewek kayak dia?”
    “Ternyata lo tuh bocah banget ya! Lo gak sadar kalo lo suka sama Findy?” kata Rio.
    Bagus terdiam.
    “Kapan sih terakhir kali lo jatuh cinta? Lo tuh tampang doang ya keren, tapi beginian aja gak ngerti!” kata Rifky.
    “Kalian kok jadi ngelantur gini sih?”
    Bagus berdiri, berfikir sejenak, dan kembali duduk.
    “Kalo gue suka sama Findy beneran gimana dong?” Bagus panic.
    “HAHAHAHA” serentak sahabatnya tertawa.
    “Eh, bro! Gua serius!”
    “Nyatain lah!” kata Rio.
    “Lo semua aja di tolak! Ogah ah!”
    “Eh, lo cowok bukan sih? Masa cowok takut di tolak?” ledek Rifky.
    “Iyaya!  Besok gue tembak deh di sekolah!”
    “Ternyata, selama ini ngelarang kita suka sama Findy dia juga suka toh sama Findy!” ledek Reno.
    Mereka tertawa dan berbagi cerita bersama menghabiskan sore yang sejuk dan lembab.


    ***

    Matahari menyinari pagi hari, udara sejuk menebarkan kebahagiaan pada pagi hari ini. Bagus yang datang terlambat tidak langsung masuk kelas. Melainkan ke kelas Findy terlebih dahulu.
    “Misi, Findy ada gak?” Tanya Bagus pada salah seorang yang sedang membersihkan kelas.
    “Findy hari ini gak masuk kak! Tadi ada surat dari dia, katanya dia sakit!”
    “Sakit apa ya dek?”
    “Gak ngerti deh kak!”
    “Oh, kamu tau rumahnya gak?”
    Seseorang itu mengambil kertas dan pulpen, dan segera mencatat alamat rumah Findy. Ia member kertas itu pada Bagus.
    “Makasih ya dek” Bagus keluar kelas.
    ‘Findy sakit apa ya? Gue ke rumahnya sekarang atau pulang sekolah aja ya? Lebih cepat lebih baik! Ninggalin jam pelajaran sebentar gak akan jadi masalah’ batin Bagus.

    ***
    Bagus melihat Findy terbaring dengan wajah pucat. Findy melihat Bagus dan wajahnya ber-seri. Bagus tersenyum dan Findy membalas senyumannya.
    “Kenapa? Kenapa lo gak sekolah dan kenapa lo ke sini?” Tanya Findy.
    “Gue tadi sekolah, tapi kata temen lo, lo sakit jadi gue ke sini!”
    “Peduli banget lo! Bukannya lo benci sama gue?”
    “Salahkah seseorang jatuh cinta kepada orang yang dia benci?”
    “Salah! Kenapa harus benci?” kata Findy.
    “Udahlah, intinya gue sadar rasa benci gue yang keterlaluan itu buat gue jadi naksir berat sama lo!”
    “Gue juga!” kata Findy.
    “Lo mau gak jadi…” belum sempat Bagus menyelesaikan kalimatnya, Findy memotongnya.
    “Lo harus move on! Lo gak boleh suka sama gue!” kata Findy.
    “Loh? Kenapa? Gue minta maaf selama ini salah sama lo, salah nilai lo!”
    “Bukan itu, gue gak akan bisa nemenin lo!”
    “Kenapa? Kalo lo gak mau pacaran juga gak apa-apa kok, gue gak maksa!”
    “Bagus, waktu gue gak lama lagi! Gue gak akan bisa ngeliat lo lagi!” Findy menangis.
    “Maksudnya?”
    “Gue sakit! Gue gak bisa hidup normal! Mungkin ini minggu-minggu terakhir gue!”
    “Kenapa lo bisa bilang gitu?”
    “Dokter udah fonis gue!”
    “Ndy! Dokter itu bukan Tuhan!”
    “Bagus, gue gak mau ngeliat lo lagi!”
    Bagus terlihat sedih dan kecewa.
    “Ndy! Hidup ini kenyataan! Bukan kayak cerpen lo! Lo gak akan mati! Lo akan hidup melawan penyakit lo itu!”
    “Please, gue mau lo pergi”
    Bagus keluar meninggalkan Findy.

    ***

    #1 minggu kemudian
    “Gue nyesel terlalu munafik sama perasaan gue sendiri! Gue nyesel baru sadar akan perasaan ini! Gue nyesel nilai lo sebelum bener-bener kenal sama lo! Gue baru sadar, lo itu bukan aneh! Tapi, lo itu beda” kata Bagus dengan penuh penyesalan sambil memandangi nisan yang bertuliskan ‘Findy Leynathan’.
    “Tapi, setidaknya gue bahagia pernah tau kalo di dunia ini ada orang ber kepribadian beda seperti lo! Gue yakin lo orang baik! Gue yakin lo di terima di sisi Tuhan”
    Bagus meninggalkan taman pemakaman dan tersenyum menatap langit yang cerah.

  • Aku cinta sahabatku

    Angin sore menerpa wajahku yang sedang asyik-asyiknya melamunkan hal yang ga tau kenapa bisa aku lamunin. Hal ini tuh udah bikin aku galau belakangan ini. Ya, apa lagi kalau bukan jatuh cinta. Jatuh cinta udah ngebuat aku kaya orang bego.



    Tiap kali aku makan, wajah dia tuh selalu muncul, ngebayang-bayangin tiap langkah aku ke sekolah, dia tuh bagaikan bintang untukku, slalu nemenin tokoh 'aku' dalam mimpi aku. Sebenernya sih dia tuh temen chattingan facebook aku, dia tuh slalu ada kalau aku lagi sedih, ada masalah, juga kalau aku seneng, dia slalu ada buat jadi tempat berbagi kesenangan.

    "Braakkkk!" suara itu kedengaran amat menyeramkan, dan setelah kusadari, ternyata aku terjatuh dari ayunan yang sedang kunaiki. Ya ampun, aku ngelamunin dia lagi... Apa yang terjadi sama aku? Masa aku baru aja ngelakuin hal bego kaya gitu? Hal yang mungkin ngebuat orang lain ngakak di atas penderitaanku.
    "Awww.... Sakit banget kaki aku..." sebenarnya aku tau di taman ini ga ada orang lain selain aku, tapi kok aku ngerasa ada suara ketawa yang kejam? Hiiyyy, jangan-jangan.......

    "Huaaaa", aku berteriak kencang saking kagetnya. Baru kali ini aku denger suara hantu, ternyata suaranya tuh kaya manusia banget yah.

    "Ya ampunnn, ini Kayla? Ahaha, aku ngga nyangka banget bisa ketemu kamu di sini, Kay", kata suara itu. Haaaaa..... Salah apa aku bisa ketemu hantu di sore hari yang indah ini, ternyata hantu itu serba tau yaaa, masa dia juga tau nama aku, terus ya iya dia seneng bisa ketemu manusia bernama Kayla ini di taman terus nakut-nakutin dia, sementara aku...?

    'Tuhan tolongin aku Tuhan, bawa aku ke tempat yang aman, ke atas pohon boleh deh, asal aku ga usah ngeliat ni hantu gitu, ngga usah tatap muka sama diaaa.... Aku takut hantu....', doaku dalam hati. Tapi kayanya itu cuma jadi mimpi soalnya aku masih di bawah pohon, di deket ayunan kuning ini.... Suara langkah kaki itu semakin deket lagi...

    "aaaaaaa, jangan bunuh aku, mas hantu, aku masih belom punya pacar, masih banyak dosa sama mama sama papa... Pleaseee dong mas hantu, biarin aku hiduppp", teriakku sejadi-jadinya. "Hahahahaha Kaylaa-Kaylaa... Kamu tuh yaa ngga di dunia asli, ngga di chat, sama aja: PENAKUT! Hahaha, ini aku, Mike..." kata suara itu... 'Mike siapa' kataku dalam hati.... 'Mike??? Hah, cowo itu? yang sedari tadi aku pikirin? Cowo yang ngebuat aku jatuh memalukan dari ayunan? hahaha, ngga mungkin ah', kataku sembari membalikkan tubuhku ke arah suara itu berasal. Hwaaa, wajah itu membuat hatiku bergetar hebat.

    Ternyata itu beneran Mike ya Tuhan! Seketika lidahku tak bisa berkata-kata, 'kenapa lidahku kelu tiap kau panggil aku', gitu kalo kata sm*sh! aduh apa apan aku ini, di saat seperti ini aku masih bisa mikirin boyband asal Bandung favoritku itu... kembali lagi dong ke dunia nyata. "Hah, kamu beneran Mike?" kataku, memandang wajah dia yang berdiri di sebelahku sambil mengulurkan tangan, membantuku berdiri.

    "Ya iyalah emang kamu mikir aku ini hantu yang tau nama kamu? Hahaha", kata Mike seolah dapat membaca pikiranku. "Hehehe, ya kirain sih", kataku, menyambut uluan tangannya. Baru kali ini aku melihat wajah aslinya, ternyata lebih cakep dari fotonya, ngebuat hati aku cenat cenut.

    Kami mengobrol banyak di taman sambil menikmati matahari yang dengan malu-malu ke tempat asalnya. Senja itu, aku benar-benar ngerasain apa yang namanya indahnya jatuh cinta. Setelah mengobrol begitu lamanya, kami berpamitan, oiyah sekarang aku tau, dia pindah ke blok sebelah rumah aku. Aku jadi tetanggaan sama dia, senangnya :D. Kami lalu pergi ke rumah Mike untuk Mike kenalkan sama keluarganya yang sering dia ceritakan di chat ym ke aku.

    Mike pindah dari Jakarta ke Bandung, katanya sih papanya tugas kerja di Bandung. Dia tinggal sama keluarganya, yang barusan dia kenalin ke aku, Oom Anwar, Tante Rosa, dan adik perempuannya yang cantik, Mary. Mike sekolah di sekolah yang beda sama aku. Hari-hari berikutnya kujalani dengan senyuman yang menghiasi wajaku, menganggap bahwa semua hal buruk di dunia ini takkan berarti apa-apa bagiku, asal aku bisa liat wajah dia, wajah Mike setiap hari...

    Sekarang Mike sudah menjadi sahabatku yang selalu ada di sampingku tiap aku ada masalah, dia selalu ngehibur aku.Semuanya jadi indah, sampai pada suatu hari, dia cerita ke aku tentang seorang cewe yang udah ngebuat hati aku sedih. Mike suka sama cewe itu, dan akhirnya setelah 3 bulan PDKT atau pendekatan, mereka jadian.

    Aku ngga kuat kalo harus terus begini, aku harus ngomong sama Mike tentang perasaanku sebenarnya, sebelum aku dibuat gila sama perasaan cinta sama sahabat sendiri. Bahkan, sebelum kami sahabatan, cuma sebagai temen di dunia lain selain dunia nyata, yaitu dunia maya, yang ga pernah tatap muka sebelumnya, aku udah suka sama dia... Ya, kalo perasaan ini terus-menerus dipupuk kaya gini, apalagi dengan sikap baik bangetnya itu, sikap perhatian itu, aku ngga mungkin ngga cinta sama dia... Rasa cinta ini terus menerus tumbuh, semakin besar dan semakin besar. Kalau aku ngga ngomong, bukannya aku seneng, tapi malah tersiksa sama perasaan ini. Sampai pada suatu sore yang cerah, saat kami sedang ngobrol di taman kompleks sambil menatap awan yang terus menerus bergerak, aku menceritakan semua tentang isi hatiku, apa yang aku rasakan sama dia, dari kapan perasaan itu muncul, dan berbagai macam kalimat lain yang gatau kenapa langsung meluncur dari lidahku. Aku juga heran kenapa dia ngga kaget sama apa yang aku katakan.

    Dia tetap tersenyum manis sambil mendengarkan aku bicara tentang perasaan terlarang ini. Setelah selesai semua beban di hatiku ini. "Mike, kok kamu malah senyum-senyum sih? Emang sih ceritaku tuh novel banget, tapi harus kamu tau, ini tuh kejadian sebenernya!", kataku.

    "Ngga kok, Kay, aku seneng kamu mau jujur sama aku, aku seneng kamu mau jadi the one yang mau tulus cinta sama aku... Ehm, sebenernya aku malu banget ngomong ini sebenernya. Aku juga suka sama kamu, Kay. Dari kita ketemu di chat ym, aku juga udah suka sama kamu, aku berusaha supaya jadi yang terbaik buat kamu. Tapi aku udah putus harapan, soalnya kamu tuh ngga ngasih respon ke aku", jelas Mike.

    "Hah? Kalau kamu juga suka sama aku, kenapa kamu jadian sama Lila? Kenapa kamu malah ngebuat hati aku tambah sakit, Mike setelah aku tau kejadian yang sebenarnya."

    "Sebenernya, Lila yang aku ceritain ke kamu itu, dia adik aku, aku cuma mau tau, apa kamu cemburu sama Lila atau ngga. Ternyata kamu cemburu yah, hehehe", canda Mike, tapi aku kira ini janggal dan ngga lucu! "Mike, bukannya adik kamu namanya Mary? Kok kamu ganti jadi Lila sih?", tanyaku penasaran.

    "Yah, namanya kan Delila Mary Wijaya, nama belakangnya sama kaya aku: Michael Stefan Wijaya. Hehehe, maaf banget kalau aku udah bohongin kamu, Kayla."

    Mike membuat aku yang tadinya kesal bercampur senang merasa sedikit tenang.
    "Jadi?" kata Mike. "Jadi, apa aku boleh jadi cowo yang bisa ngelindungin kamu, Kay?", sederhana, tapi udah buat aku melambung tinggi, bagai terbang di atas awan.

    "Aku mau, Mike jadi cewe yang bisa ngertiin kamu", jawabku sambil tersenyum. Kami baru saja jadian dan aku sangat senang akan hal itu. Menikmati senja di dekat ayunan tempatku pertama bertemu dengan Mike, dengan suasana yang sama: langit senja berwarna merah keunguan membuat hatiku tentram. Ternyata, sahabat juga bisa jadi cinta.
  • Sahabat Sejati

    Senja yang dulu indah kini menjadi temaram dan bulan yang dulu purnama kini perlahan berubah menjadi sabit. Seperti keadaan hati seorang gadis remaja yang meratapi kekosongan dan kehampaan hatinya karena ditinggal oleh sahabat yang selama ini setia menemaninya baik syka maupun duka. Dulu, waktu usiaku beranjak 17 tahun, aku mempunyai beberapa sahabat salah satunya Icha. Icha tinggal di Ciracas, JakartaTimur. Dia anak pertama dari 2 bersaudara, dia adalah seorang remaja yang lugu dan sangat ceria. Kami bersahabat suddah cukup lama, aku kenal Icha waktu kami sama-sama mendaftar di salah satu SMP favorit di Jakarta. Setelah awal oerkenalan itu,pertemanan kami berlanjut karena kami diterima di SMP itu. Kami selalu bersama-sama bagai amplop dan perangko yang tak dapat terpisahkan, itulah kami. Kami juga selalu satu kelas.




    Setelah lulus SMP aku dan Icha memutuskan untuk satu sekolah, hari pertama aku dan Icha menjalani ospek, rasanya takut dan tegang banget, tapi aku melihat seorang cowok yang sangat perfeck di kantin sekolah, dia sangat manis apalagi pada saat aku melihatnya sedang tersenyum pada beberapa orang yang menyapanya, manis sekali senyumnya, disaat aku sedang asyik memperhatikan cowok itu tanpa ku sadari didepanku ada salah seorang kakak senior yang sangat galak, upzzz…. Aku menabrak dia, dia marah-marah padaku meski aku telah minta maaf padanya, lupakan saja dia kita kembali pada cowok yang aku lihat tadi, tapi aku mencari-cari kesekeliling kantin tapi cowok itu udah gak ada. Icha hanya tertawa melihat tingkah lakuku. Huh… ini semua gara-gara keteledoranku, tapi gak apa-apa suatu hari nanti pasti aku dapat bertemu dengannya kembaali karena aku yakin dia siswa di SMA ini. Aku dan Icha melanjutkan perjalanan kami ke kelas. Ospek pertama telah dimulai, ada beberapa kakak senior masuk kekelas tanpa ku sadari cowok yang ku lihat di kantin sekolah tadi pagi ada didepan mataku. Aku senang sekali karena aku kembali beetemu dengannya walau dia tak ku kenal sama sekali.Aku mencari tau siapa sebenarnya cowok itu, dari beberapa orang yang aku tanya mereka mengatakan dia adalah ketua osis, namanya radit, Cuma itu informasi aku dapatkan tentang dia, tapi udah cukup kok. Singkat cerita aku dan kak Radit mnjedi tambah akrab tapi cuma sebatas teman. Yang tak pernah aku duga ternyata kak Radit naksir sama Icha, aku sedih banget karena dia adalah cinta pertamaku, tapi apa daya aku tak bisa berbuat apa-apa, dan aku juga sempat kecewa pada Icha karena dia menerima kak Radit menjadi kekasihnya, Icha kan tau kalau aku suka sama kak Radit tapi kenapa dia tega padaku. Mungkin inilah nasibku, setelah kejadian itu persahabatan aku dan Icha menjadi renggang, aku jarang menyapanya dan sepertinya juga dia sekarang jarang ada waktu buat kita berdua sanma-sama lagi seperti dulu. Lagi pula aku tak sekelas dengannya.

    Waktu terus berputar, tanpa terasa tahunpun berganti. Akhir-akhir ini aku melihat Icha tampak murung dan gak seperti biasanya yang sangat ceria. Walau aku belum bisa memaafkan Icha tapi walau bagaimanapun dia adalah sahabatku dan aku harus tau apa yang sedang terjadi. Satauku dari berita yang beredar kalau Icha mengidap penyakit tumor yang bersarang diperutnya sejak beberapa tahun ini, sejak dokter memfonis penyakit itu Icha berubah menjadi nak yang pemurung danpendiam. Aku sangat merasakan perubahan itu, tapi setiap kali aku tanya dia tak pernah mau cerita dan jujur padaku. Menurutku dia berubah menjadi seperti itu karena mungkin dia merasa hidupnya tak akan lama lagi. Seiring berjalannya waktu perut Icha makin membesar, aku belum percaya dengan apa yang temen-temen bilang padaku. Aku desak Icha untuk menceritakan apa yang terjadi padanya, akhirnya Icha mau bercerita. Aku sempat terkejut mendangarnya sekaligus sedih bercampur dengan rasa kekecewaan, mengapa baru seekarang dia cerita semua itu padaku. Tapi mungkin karena aku tak sedekat dulu sama dia. Aku juga denger-denger dari yang laen Icha putus, Icha diputuskan kak Radit karena keadaan Icha dg perut yang makin membesar. Aku sedih sekali, tapi dia pernah menghianati persahabatan yang telah lama kami bangun.

    Icha masih tetap sekolah, tapi lama kelamaan dia merasa kecil hati dan malu. Dengan kondisi tubuh yang semakin menurun, sampai akhirnya Icha dirawat di Rumah sakit Haji Pondok Gede. Aku dan teman-taman menjenguknya untuk memberikan semangat dan dukungan padanya agar Icha gak semakin drop dan putus asa. Hanya sampai disitu saja kabar yang aku dengar tentang Icha, disatu sisi aku masih kecewa padanya tapi disisi lain aku juga mempersiapkan UN.****

    Pagi hari yang sangat gelap karena hujan turun begitu derasnya, aku sedang duduk melamun memikirkan bagaimana keadaan Icha sekarang, tiba-tiba aku dikejutkan dengan ringtone handphoneku yang berbunyi dank u lihat dilayar hpku ternyata mamanya Icha memanggil, fikirku tumben tapi ada apa ya, kok pagi-pagi gini tante telfon aku. “halo assalamu’alaikum, bisa bicara dengan Cika?”, nada suara mama Icha tampak berat, sepertinya dia sedang menangis. “ii…aaa tante, ada apa kokpagi-pagi begini telfon Cika? Trus bagaimana kabar Icha tante?” tanyaku agak ragu, “Icha telah berpulang Ka” belum sempat aku mengucapkan turut berduka cita pada tante, tut…tut…tut…tut telfon tiba-tiba terputus. Aku menangis dan menyesali dengan semua yang terjadi, dihatiku tersirat penyesalan yang amat mendalam, aku terlalu jahat dan egois pada Icha dan gak pernah meluangkan waktu untuk menjenguk sahabatku sendiri yang menjalani hari-hari akhirnya sendirian, tanpa aku. “Maafkan sahabatmu ini Ca…..hik..hik..hik…!!!” tangiskuAku datang ke rumah Icha untuk melihat dia terakhir kalinya dan mengucapkan bela sungkawa pada keluarga Icha. Setibaku disana aku melihat Icha terbaring kaku, dikelilingi orang-orang yang membaca yasin untuknya, tiba-tiba pandanganku menjadi gelap. “Icha…..” panggilku, “sudahlah Ka, relakanlah kepergian Icha, agar dia tenang di Alam sana” mama Icha ada disampingku, dan memberikan selembar kertas padaku, “ini dari Icha buat kamu, dia menulis pada saat kamu jarang menemuinya, tante tinggal dulu kebawah”. “makasih tante dan Cika minta maaf kalo selama ini Cika gak pernah menjenguk dia, Cika lagi UN tante,” aku menangis. “gak apa-apa kok tante ngerti, kamu ada masalah ya sama Icha?” tanya mama Icha, “eng…enggak kok tante, kami berdua baik-baik saja””ya udah jangan nangis lagi, tante ke bawah bdulu ya” tante pun meninggalkanku sendiri di kamar Icha karena Perlahan-lahan tadi aku pingsan, aku melihat foto-foto yang ada dimeja samping tempat tidur, betapa lembutnya senyum Icha di foto itu. aku buka kertas ituperlahan-lahan, dan aku pun mulai membaca kata demi kata disurat itu.Sebelumnya gue minta maaf atas kejadian kemaren”, bukan maksud gue untuk merebut kak Radit dari lo, tapi gue juga cinta dia dan gue juga udah putus ma dia, karena dia bukan laki-laki yang baik. O ya, lo tau kan kalo gue gak bisa buat puisi kayak lo, tapi ini puisi gue buat khusus sahabat sejati gue ini, maaf ya kalo buatan gue gak sebagus puisi-puisi lo, heheheh……..

    Surat Terakhir
    Butir-butiran air mata yang jatuh setetes demi setetes
    Menemani dan menjadi saksi saat ku tulis suratku yang terakhir
    Jika hanya derita yang harus aku terima
    Jika hanya kemitian yang harus ku alami
    Aku bersedia menjalani tanpa kesedihan
    Namun ketika kau berucap bahwa untukku
    Sudah tak ada lagi maaf terasa lemah lunglai tubuh ini
    Sahabat yang slalu mengisi hari-hariku
    Seberapa besarpun salah yang ku pandang
    Seberapa rendah budi yang ku jalani…maafkan aku
    Derita karena bersalah berlarut-larut tanpa henti
    Dan tampaknya Tuhan sudah berkenan menjemputku
    Jangan menangis sahabat….walau tak terkatakan
    Sungguh aku merasa kau telah memaafkanku
    Slamat tinggal sahabat sejatiku
    Ikhlaskanlah kepergiankui
    Smoga sepeninggalku dari sisimu
    Bahagian akan slalu menemanimu
    Miss u sobat
    ICHA
    ****

    Keesokan harinya Aku baru sadar ternyata Icha hari ini berulang tahun yang ke 17, aku bermalam di rumah Icha, dan pagi-pagi aku segera kebawah dan akan mengikuti pemakaman Icha. Sebenarrnya aku tak sanggup melihat makam itu, karena akan mengingatkanku akan kenangan” kami berdua dulu, tapi aku coba untuk tegar untuk melangkahkan kaki menuju makamnya. Setelah pemakaman selesai dan semua orang pulang, aku sendiri di makam itu, sepi. Aku menangis disamping nisan Icha, walau tersendat-sendat dan terbata karena aku nangis aku nyanyikan lagu happy birthday buat Icha, dan memandangi nisan yang ada dihadapanku saat ini, makam yang sunyi, aku masih menangis sendiri di makam bisu itu, sebelum pulang aku meninggalkan secarik kertas balasan surat Icha, walau mungkin tak akan pernah dibaca olehnya, tapi itulah kenanganterakhirku buat Icha.

    Kenangan indah tentang kita akan slalu ku ingat setiap detiknyaJika ku tutup mataku, aku masih dapat melihatmuKau memperlihatkan senyum termanismuTapi itu hanya lamunan sesaatkuKini kau telah jauh tinggalkankuAku belum sempat meminta maaf padamu dan menyayangimuDan tak ingin kau pergi jauhTinggalkan kenangan kita bersamaTapi takdir berkatab lainTerlalu cepat Tuhan memanggilmuHanya sebuah puisi ini aku persembahkan untukmuKepergianmu, meninggalkan kisah yang sangat pahit bagikuAku akan selalu mengenangmu, sahabat terbaikkuSemoga kau tenang disanaSuatu saat kita pasti akan bertemu kembali(the end)
  • Copyright © 2013 - Nisekoi - All Right Reserved

    BBS FAJAR SHOBIH™ Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan